Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapan Indonesia Punya Cadangan Strategis Minyak?

Kompas.com - 10/12/2016, 17:03 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wacana pembangunan cadangan strategis minyak atau strategic petroleum reserve (SPR) terus bergulir, namun belum juga ada realisasinya hingga penghujung 2016 ini. Padahal, negara-negara lain sudah mulai membangun cadangan strategis minyaknya, sebagai salah satu syarat mendukung ketahanan energi.

Negara-negara di kawasan Asia seperti Jepang dan Korea Selatan memiliki SPR antara lima hingga enam bulan. Sementara Amerika Serikat memiliki cadangan strategis minyak hingga empat bulan.

"Indonesia belum punya SPR," kata Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro dalam sebuah diskusi on air di Jakarta, Sabtu (10/12/2016).

"Cadangan yang disebutkan 15-23 hari itu adalah cadangan operasional atau stok Pertamina," kata dia lagi.

Untuk membangun cadangan strategis minyak ini, diakui Komaidi, tidak mudah. Keterbatasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menjadi salah satu kendala utama.

"APBN kita sangat terbatas. Untuk menutup defisit saja bingung, apalagi nambah pos belanja baru," ujar Komaidi.

Kondisi tersebut tentu menyulitkan Indonesia untuk membangun SPR. Akan tetapi, ada risiko ketimpangan produksi dan konsumsi bahan bakar minyak (BBM), serta faktor eksternal yang menurut Komaidi seharusnya bisa menjadi alasan utama pemerintah untuk menyegerakan pembangunan SPR.

Saat ini, konsumsi BBM per hari mencapai 1,6 juta barel. Sedangkan produksinya hanya 815.000 sampai 820.000 per hari, di mana bagian pemerintah hanya sebesar 60 persen.

Artinya kata dia, sebanyak satu juta hingga 1,2 juta barel per hari BBM harus didatangkan dari luar negeri.

Komaidi menjelaskan, jalur impornya pun melalui Singapura. Sehingga, apabila terjadi konflik atau gangguan keamanan di kawasan tersebut, akan mengganggu arus masuk minyak ke Indonesia.

Komaidi mengatakan, apabila tidak ada pasokan sebulan saja dari impor, maka kegiatan ekonomi dan sosial bisa tidak berjalan.

"Hal ini seharusnya menjadi pemicu, memikirkan ketahanan energi, termasuk membangun SPR. Ini harus ditindaklanjuti," ujar Komaidi.

"Bahwa itu membutuhkan dana besar, tentu. Tetapi kita harus memikirkan, negara-negara lain sudah bikin itu. Kan bisa dananya dilakukan multiyears. Jadi harus ada komitmen pemerintah bahwa ini (SPR) merupakan suatu keharusan," kata dia.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Bidang Energi Seknas Jokowi Tumpak Sitorus juga mendesak janji Jokowi untuk membangun ketahanan energi, sebagaimana janji kampanye.

"Usulan kami setidaknya kita harus punya cadangan strategis minyak antara tiga hingga enam bulan," ujar Tumpak.

Pemerintah khususnya Kementerian ESDM sejak zaman Sudirman Said terus menggaungkan wacana SPR ini. Pada awal 2015, Sudirman kala itu mengatakan, sumber dana SPR diambil dari laba bersih penjualan solar. Waktu, itu Sudirman bilang, hal itu sudah menjadi kesepakatan antara Menteri ESDM, bersama Menteri Keuangan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, serta Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Seiring berjalannya waktu, pemerintah mewacanakan pembentukan Dana Ketahanan Energi (DKE) yang mana salah satu peruntukannya membangun SPR. Rencananya, sumber DKE meluas, tidak hanya dari laba bersih penjualan solar, melainkan dari pungutan ke produsen.

Namun, setelah keputusan Presiden mengenai penundaan pungutan pada awal tahun ini, hingga kini belum terdengar lagi rencana pemerintah untuk menjalankan pembangunan SPR.

Kompas TV Konsumsi Minyak Dunia Diperkirakan Akan Tumbuh
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

Whats New
Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Whats New
Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Whats New
IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

Whats New
Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

Whats New
Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Rilis
Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya 'Serok'?

Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya "Serok"?

Earn Smart
Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com