Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

APLSI Minta Pemerintah Genjot Kandungan Lokal pada Proyek Listrik 35.000 MW

Kompas.com - 13/12/2016, 14:41 WIB
Iwan Supriyatna

Penulis

JAKARTA, KOMPAS - Pengusaha listrik yang tergabung dalam Asosiasi Produsen Listrik Seluruh Indonesia (APLSI) meminta pemerintah menggenjot tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) pada transmisi proyek 35.000 MW (Megawatt).

Cara ini dianggap ampuh untuk mendorong gairah industri peralatan listrik nasional yang sedang loyo.

"Kita berharap pemerintah mendorong TKDN pada transmisi 35ribu MW tahun depan. Ini salah satu langkah awal mendorong gairah di industri peralatan dan konstruksi listrik nasional," ujar Sekretaris Jenderal APLSI, Priamanaya Djan di Jakarta, Selasa (13/12/2016).

Priamanaya mengatakan, mendorong TKDN di transmisi saat ini cukup realistis mengingat teknologi konstruksi baja sudah cukup dikuasai industri dalam negeri.

"Kelemahan kita masih di soal turbin dan sedikit di boiler. Jadi, pembangkitnya dari luar tapi kita kejar TKDN di transmisi dari dalam negeri saja," terangnya.

Dia mengatakan, saat ini TKDN di transmisi mencapai lebih dari 60 persen. Namun, TKDN ini perlu digenjot lagi secara maksimal sekaligus mendorong industri baja nasional.

Priamanaya menambahkan, dalam proyek 35.000 MW dibutuhkan transmisi sepanjang 46.000 kilometer (km) atau selingkaran planet bumi. Sejak diluncurkan tahun 2015, pembangunan transmisi menyerap anggaran sebesar Rp 200 triliun untuk lima tahun.

"Itu termasuk gardu induk, tower, dan konstruksinya," tutur Priamanaya.

Menurutnya, tahun depan pemerintah perlu mengoptimalkan captive market peralatan listrik yang sudah tersedia di 35.000 MW. Investasi proyek 35.000 MW sebesar lebih dari Rp 1.100 triliun.

Artinya, tersedia pasar yang sangat besar. Jika TKDN tak didorong, Priamanaya khawatir pasar nasional yang besar ini hanya diisi dan dimanfaatkan oleh produsen peralatan listrik dari luar negeri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com