Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dana Repatriasi "Tax Amnesty" Diharapkan Jadi "Obat Kuat" IHSG Tahun Depan

Kompas.com - 15/12/2016, 16:56 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nurhaida mengatakan, risiko global masih akan membayangi pergerakan bursa Indonesia di tahun depan.

Isu eksternal seperti pemilihan presiden di Amerika Serikat telah membuat indeks harga saham gabungan pada November terkoreksi empat persen, setelah tumbuh 18 persen sejak awal tahun.

Kendati demikian, Nurhaida menegaskan, pergerakan indeks di pasar modal tentu saja tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor.

Ia optimistis masih ada sentimen positif yang datang dari faktor domestik pada tahun depan. Salah satunya yaitu program pengampunan pajak atau tax amnesty.

"Naik turunnya IHSG itu kan bukan hanya dari satu indikator. Faktor global memang belum signifikan perbaikannya, tapi kita juga punya faktor domestik yang mendorong. Akhir tahun ini ada dana repatriasi tax amnesty masuk. Dalam perkiraan saya, dana tax amnesty itu mulai masuk pasar modal di awal tahun 2017," kata Nurhaida ditemui di sela-sela diskusi yang diselenggarakan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), di Jakarta, Kamis (15/12/2016).

"Ada sentimen positif dari dalam negeri, dan itu akan berpengaruh terhadap pasar kita," ucap Nurhaida.

Ia menambahkan, outlook ekonomi tahun depan yang dirilis berbagai lembaga juga menunjukkan perbaikan ekonomi tahun 2017. "Kalau pertumbuhan ekonomi lebih baik, market juga akan berkembang," ucap Nurhaida.

Ia melihat, pola pergerakan IHSG sepanjang tahun ini berbeda dibandingkan tahun lalu. Pada tahun lalu, indeks dibuka di awal tahun pada level tinggi kemudian terus menurun hingga akhir tahun.

Sementara itu, pada tahun ini IHSG dibuka sedikit membaik hingga Juli. Pada periode Juli hingga September indeks terdorong program amnesti pajak sehingga mengalami lonjakan signifikan hingga 11 persen, di kisaran 5.400.

IHSG kembali terkoreksi pada November yang secara drastis turun empat persen karena efek Trump.

"Namun, secara overall indeks masih tumbuh 15 persen," kata Nurhaida. IHSG, menurut dia, juga menempati posisi kedua bursa terbaik di antara bursa-bursa utama global.

Sepanjang tahun ini bursa Indonesia diakui Nurhaida sangat banyak terpengaruh faktor eksternal.

Selain pemilihan presiden Amerika Serikat, ada pula dampak dari keluarnya Inggris Raya dari Uni Eropa (Brexit), serta kenaikan suku bunga bank sentral AS, The Federal Reserve.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com