Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Besar, Potensi Pasar Energi Panas Bumi

Kompas.com - 30/12/2016, 14:51 WIB

KOMPAS.com - Potensi pasar energi panas bumi atau geothermal di Tanah Air masih besar untuk dikembangkan. Dalam catatan tertulis terkini Rekayasa Industri sebagaimana disampaikan Direktur Utama Jobi Triananda Hasjim, kemarin, proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) adalah salah satu wujud meraih potensi tersebut.

Warta Kompas.com pada Rabu (28/12/2016) menunjukkan bahwa di Indonesia saat ini terdapat banyak sumber energi baru dan terbarukan yang digenjot penggunaannya sebagai alternatif dari sumber energi fosil. Sumber energi fosil sendiri diestimasi habis dalam kurun waktu 12 tahun-15 tahun mendatang.

Sumber energi fosil di Indonesia diperkirakan cepat habis sebab saat ini tingkat konsumsi minyak nasional sudah mencapai 1,6 juta barel per hari (bph). Adapun produksi minyak hanya 600.000 bph-800.000 bph.

Selain itu, pemerintah juga terus menggenjot alternatif energi lain, selain dari penggunaan energi batu bara. Hal itu sebagai konsekuensi untuk mereduksi emisi gas rumah kaca (GRK), sesuai dengan ratifikasi perjanjian Paris Agreement yang diteken oleh DPR pada Oktober 2016 lalu.

Dalam ratifikasi tersebut, Indonesia harus mematuhi Nationally Determined Contribution (NDC) dengan target pemangkasan 29 persen emisi GRK hingga 2030.

Sumber energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia ada banyak. Misal dari matahari (solar), panas bumi, angin, air, hingga biomassa.

Menurut Jobi, pihaknya menyelesaikan proyek PLTP Unit 5&6 Lahendong di Sulawesi Utara kelar lebih cepat dari jadwal.  Presiden Joko Widodo meresmikan PLTP ini pada Selasa (27/12/2016) bersamaan pula dengan peresmian PLTP Ulubelu unit 3 berkapasitas 1x55 megawatt (MW) di Provinsi Lampung. Selain itu, Rekayasa Industri juga telah menyelesaikan PLTP Kamojang Unit 5  berkapasitas 1 x 35 MW lebih cepat dari kontrak yang ditetapkan.


Proyek

Josephus Primus PT Rekayasa Industri (Rekind) menginformasikan pada Selasa (2/2/2016) baru saja menyelesaikan pembangunan PLTP Kamojang unit 5 (1 x 35 MW) milik PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) dengan waktu penyelesaian lebih cepat satu bulan dari jadwal yang seharusnya.

Data dari Rekayasa Industri menunjukkan PLTP Gunung Salak di Jawa Barat adalah proyek di urutan pertama yang digarap Rekayasa Industri. Periode pengerjaan pada 1993. PLTP milik UNOCAL Geothermal of Indonesia Ltd itu berkapasitas 2x55 MW.

Menurut data itu, total ada 13 proyek PLTP garapan Rekayasa Industri. Termasuk di dalamnya adalah PLTP Kamojang 4 Jawa Barat berkapasitas 1x60 MW pada 206-2007 dan Kamojang 5 berkapasitas 1x35 MW pada 2013-2015. PLTP Kamojang 5 adalah milik PT Pertamina Getohermal Energy (PGE).

PGE juga mempercayakan pembangunan PLTE Ulubelu 3&4 berkapasitas 2x55 MW di Provinsi Lampung pada 2014-2016 kepada Rekayasa Industri. PLTP milik PGE yang baru saja diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 27 Desember 2016 adalah Lahendong 5&6 di Minahasa, Sulawesi Utara yang dibangun oleh Rekayasa Industri.

Sementara itu, masih menurut data tersebut, tercatat ada tiga proyek PLTP milik PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan Sumitomo Corporation yang dibangun Rekayasa Industri. Pertama, PLTP Lahendong 2 Sulawesi Utara berkapasitas 1x20 MW pada 2005-2006. Kedua, PLTP Lahendong 3 berkapasitas 1x20 MW pada 2007=2008. Berikutnya, ketiga, adalah PLTP Lahendong 4 berkapasitas 1x20 pada 2009-2011.  

Selanjutnya, pemilik PLTP Ulubelu 1 & 2 di Provinsi Lampung dengan kapasitas 2x55 MW adalah PT PLN. Rekayasa Industri membangun PLTP itu pada 2010-2012.

Pada proyek-proyek PLTP, Rekayasa Industri melakukan optimalisasi penggunaan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) yang memberikan dampak multiplier bagi perekonomian. Menurut Jobi, rata-rata TKDN pada proyek-proyek itu menyentuh angka hingga 40 persen.

Selain mengembangkan proyek-proyek PLTP di Tanah Air, saat ini pun, Rekayasa Industri tengah menyelesaikan proyek dengan tingkat kompleksitas rumit yakni penyelesaian pabrik pupuk berskala besar. Proyek-proyek itu adalah Pusri 2B dengan kapasitas urea 2.000 ton per hari dan ammonia 2.750 ton per hari , Banggai Ammonia Plant (BAP) dengan kapasitas 2.090 MTPD, serta Sabah Ammonia Urea (SAMUR) dengan kapasitas urea 3.500 MTPD dan ammonia 2.000 MTPD.

Kemudian, pada segmen industri yang lain, Rekayasa Industri punya rekam jejak teruji pada pembangunan di segmen industri Onshore Oil & Gas yaitu EPC SUMPAL Compression Project dengan kapasitas 310 Million Standard Cubic Feet per Day (MMscfd) dan PPGM Donggi (55 MMscfd), segmen industri Mineral & Environment yakni Ammonium Nitrate Peril Plant dengan kapasitas produksi 300.000 MTPY dan PLTU Tenayan (2x110MW), serta segmen industri Offshore Oil & Gas dengan proyek EPC 3 Mooring Tower dan South Sumatra West Java Phase 2 Facility Station (168 km).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com