Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

India, Indonesia, dan Thailand Diprediksi Jadi "Juara" di Asia pada 2017

Kompas.com - 04/01/2017, 19:17 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

NEW YORK, KOMPAS.com - Ekonom menyatakan bahwa outlook perekonomian Asia pada tahun 2017 cukup cerah, tetapi "pemenang" perekonomian di kawasan tersebut hanya ada tiga negara, yakni India, Indonesia, dan Thailand.

Hal ini didasarkan pada fundamental ekonomi yang sehat.

Kebijakan moneter yang lebih ketat di AS, di mana bank sentral Federal Reserve diekspektasikan bakal menaikkan suku bunga acuan tiga kali tahun ini. 

Melambatnya perdagangan global sebagai antisipasi arah kebijakan proteksionisme di AS diprediksi tidak terlalu berpengaruh terhadap tiga negara tersebut.

Pasalnya, ketiga negara ini cenderung kuat dalam hal konsumsi dalam negeri.

Frederic Neumann, direktur pelaksana dan kepala riset ekonomi Asia di HSBC, mengatakan, negara-negara yang bergantung pada ekspor, seperti Korea Selatan, Taiwan, Singapura, dan bahkan China cenderung tidak mengalami rebound pada tahun ini.

"Saran kami adalah lirik negara-negara yang ekonominya didorong oleh dalam negeri seperti India dan Indonesia, di mana level utang relatif rendah, ada impuls kredit positif dan konsumsi domestik yang kuat," ujar Neumann seperti dikutip dari CNBC, Rabu (4/1/2017).

Meskipun HSBC cenderung memiliki outlook yang belum terlalu cerah terhadap keseluruhan kawasan Asia, namun ketiga negara tersebut dianggap masih memiliki masa depan cerah.

Pada tahun 2017, HSBC memandang pertumbuhan ekonomi regional masih cenderung melambat pada tahun 2017.

Indeks bursa saham Thailand SET mencatat kinerja terbaik kedua Asia tahun 2016, berhasil menguat 20 persen yang didorong oleh pemulihan harga minyak. Pasalnya, 35 persen dari pasar saham Thailand berkaitan dengan minyak.

Investor juga merasa lega karena suksesi monarki Thailand cenderung berjalan dengan kondusif.

"Pada Oktober 2016, kekhawatiran menyebar setelah Raja Bhumibol Aduljadej mangkat dan periode berkabung dapat berujung pada krisis kekuatan serta brujung pada risiko anjloknya ekonomi dan politik," jelas Vishnu Varatan, ekonom senior di Mizuho Bank.

Mata Uang

Sementara itu, mata uang India dan Indonesia dipediksi akan relatif stabil pada tahun 2017 meski The Fed mengetatkan kebijakan moneternya.

Neumann memprediksi, rupiah maupun rupee tidak akan mengalami "taper tantrum" seperti pada tahun 2013 silam.

Selain itu, reformasi perpajakan di India maupun Indonesia juga membuat kedua negara semakin menarik bagi investor.

Presiden Joko Widodo meluncurkan program pengampunan pajak pada Juli 2016 lalu yang berhasil mengumpulkan sekitar 7,7 miliar dollar AS ke dalam penerimaan negara per 20 Desember 2016.

Sementara itu, Perdana Menteri Narendra Modi meluncurkan program demonetisasi yang dimulai pada November 2016 untuk mendorong pembayaran dengan metode digital.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com