Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Program Kemitraan Diperlukan untuk Dorong Produksi Susu Segar Nasional

Kompas.com - 08/01/2017, 09:00 WIB
Pramdia Arhando Julianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto meminta para peternak sapi perah di dalam negeri untuk terus meningkatkan produksi susu. Sebab, kebutuhan susu oleh industri olahan susu nasional semakin besar.

Menurut Airlangga, diperlukan program kemitraan agar pemenuhan bahan baku susu segar dapat berkesinambungan dan berkualitas baik.

"Industrinya sudah meningkat tetapi suplai dari domestiknya menurun. Oleh sebab itu, yang akan kami dorong adalah bagaimana peternak sapi kita bisa meningkatkan produksi susu segarnya. Apalagi kebutuhan produk susu di pasar dalam negeri dan ekspor juga naik," ujar Airlangga melalui keterangan resmi kepada Kompas.com, Minggu (8/1/2017).

Airlangga juga mengajak masyarakat untuk berinvestasi dalam dunia peternakan sapi perah. Pasalnya, selama ini peternakan secara umum belum dianggap sebagai bisnis yang menjanjikan.

"Kami akan membuat program supaya peternakan sapi perah ini menarik bagi masyarakat. Targetnya, penghasilan peternak sapi dalam sebulan minimal setara dengan upah minimum propinsi. Itu bisa dicapai kalau peternak memiliki delapan sampai 10 sapi," paparnya.

Berdasarkan data Kemenperin, kebutuhan bahan baku susu segar dalam negeri (SSDN) untuk susu olahan mencapai 3,8 juta ton per tahun.

Namun, pasokan bahan baku susu segar dalam negeri hanya sekitar 798.000 ton dan selebihnya masih diimpor dalam bentuk Skim Milk Powder, Anhydrous Milk Fat, dan Butter Milk Powder dari berbagai negara seperti Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.

Sementara itu, tingkat konsumsi susu per kapita masyarakat Indonesia saat ini rata-rata 12,10 kilogram per tahun setara susu segar.

Tingkat konsumsi tersebut masih di bawah negara-negara ASEAN lainnya seperti Malaysia yang mencapai 36,2 kilogram per tahun, Myanmar 26,7 kilogram per tahun, Thailand 22,2 kilogram per tahun, dan Filipina 17,8 kilogram per tahun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com