Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelaku Usaha Siasati Harga Cabai yang Melambung

Kompas.com - 11/01/2017, 19:57 WIB
Pramdia Arhando Julianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejak memasuki pergantian tahun hingga minggu kedua di Januari 2017, persoalan tingginya harga cabai rawit merah masih menjadi polemik.

Pemerintah mengatakan kenaikan harga cabai rawit merah dipengaruhi faktor curah hujan yang menggangu sentra produksi cabai di beberapa wilayah.

Di lain pihak, pedagang pasar mengatakan pasokan komoditas cabai rawit merah berkurang dan berimbas pada kenaikan harga.

Sebagai komoditas penting, melambungnya harga cabai rawit merah menjadi persoalan, terutama bagi masyarakat yang menjadi konsumen.

Wandi (35), salah satu pedagang kuliner rujak di sekitaran Pasar Ciputat, Kota Tangerang Selatan mengatakan, saat ini memang harga cabai cukup mahal bagi pelaku usaha yang menggunakan cabai sebagai bahan utama seperi bumbu atau sambal rujak.

"Emang lagi mahal, makanya saya kurangi belinya. Juga belinya bukan cabai yang mahal tetapi cabai merah saja yang masih terjangkau," ungkapnya kepada Kompas.com, Rabu (11/1/2017).

Dalam membuat sambal rujak yang memerlukan bahan baku cabai yang banyak, Wandi membaginya dalam tiga jenis, dari yang kadar pedasnya tinggi hingga tidak pedas.

KOMPAS.com / ANDREAS LUKAS ALTOBELI Warga sedang memilih cabai di Pasar Modern Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang Selatan. Kamis (5/1/2017). Hargai cabai melonjak drastis pasca-tahun baru. Di sejumlah daerah, harga cabai meroket dari puluhan ribu menjadi Rp 200-an ribu.
"Caranya saya kurangi cabainya dan juga buat sambal tiga urutan dari yang pedas sekali, sedang, sampai yang nggak pedas, kalau bikin yang pedas semua kan lagi mahal cabainya," ungkapnya.

Meskipun harga cabai mahal, Wandi tetap tidak menggunakan cabai bubuk. Sebab, bila menggunakan cabai bubuk, cita rasa sambal rujak akan berbeda dan pembeli belum terbiasa. "Cabai bubuk nanti rasanya beda, nanti saya dikomplain," kata Wandi.

Apri Adi Sofyan, pemilik usaha kuliner Kebuli Bento di bilangan Rawamangun, Jakarta Timur mengakui, bahan baku cabai yang biasa ia gunakan untuk membuat panganan olahan memang harganya tengah mahal.

"Saya pakainya cabai kriting merah dan rawit merah. Yang naiknya luar biasa itu rawit merah. Semalam saya beli di pasar Klender Rp 130.000 per kilogram (kg), kalau cabai jenis kriting merah stabil Rp 50.000 per kg," ujar Apri, Rabu.

"Sebelumnya, saya pakai cabai kriting dan rawit dengan perbandingan satu banding satu (1:1), sekarang ini perbandingannya tiga banding satu (3:1)," jelas Apri.

Berdasarkan data Informasi Pangan Jakarta (IPJ) pada Rabu (11/1/2017) harga rata-rata untuk komoditas cabai rawit merah di Jakarta masih mengalami kenaikan.

Hari ini harga cabai rawit merah sebesar Rp 120.462 per kilogram (kg), atau naik Rp 6.316 dari hari sebelumnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com