Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konflik Sosial Rugikan Sektor Kelapa Sawit hingga Rp 32,5 Miliar

Kompas.com - 19/01/2017, 08:15 WIB
Pramdia Arhando Julianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebuah penelitian dari Daemeter Consulting dengan tajuk “The Cost of Conflict in Palm Oil in Indonesia” mengungkapkan bahwa konflik sosial memberikan dampak signifikan terhadap perusahaan kelapa sawit.

Penelitian tersebut difokuskan untuk menghitung nilai finansial akibat konflik-konflik sosial yang terjadi pada perkebunan kelapa sawit di Kalimantan dan Sumatera.

Presiden Direktur Daemeter Aisyah Sileuw mengatakan, pihaknya menyimpulkan bahwa biaya yang terakumulasi akibat konflik sosial sangat signifikan dan berpotensi menghambat produktivitas perusahaan.

"Namun, sering kali biaya ini diabaikan, padahal juga dapat merugikan komunitas dan pemerintah daerah,” ujar Aisyah melalui keterangan resmi kepada Kompas.com, Rabu (18/1/2017).

Dia menambahkan, tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis biaya yang ditimbulkan akibat konflik sosial di sektor kelapa sawit.

“Kami ingin memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai dampak konflik sosial terhadap perusahaan kelapa sawit dengan cara menghitung seluruh biaya langsung dan tidak langsung, termasuk nilai kerugian aset berwujud maupun tak berwujud," paparnya.

Hasil kajian beberapa studi kasus dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kerugian berwujud yang langsung dialami bisnis kelapa sawit akibat dari konflik sosial dapat mencapai 2,5 juta dollar AS, atau sekitar Rp 32,5 miliar (kurs Rp 13.000 per dollar AS). 

Biaya tersebut mewakili 51 hingga 88 persen dari biaya operasional perkebunan kelapa sawit, atau 102 hingga 177 persen dari biaya investasi per hektar per tahun.

Kerugian biaya terbesar disebabkan hilangnya pendapatan operasional perkebunan dan waktu kerja para karyawan yang dialokasikan untuk menanggulangi konflik sosial tersebut.

Penelitian ini juga memperlihatkan kerugian biaya “tersembunyi” (intangible) yang mencapai 9 juta dollar AS berupa kerugian tidak langsung akibat risiko konflik yang berulang atau konflik yang memburuk, kerugian akibat memburuknya reputasi bisnis dan risiko kekerasan terhadap harta benda dan manusia.

Solusi

Dari hasil temuan dalam penelitian tersebut dihasilkan beberapa rekomendasi yang dapat dilakukan perusahaan-perusahaan kelapa sawit di Indonesia.

Beberapa rekomendasi penting penelitian ini, antara lain, perusahaan-perusahaan kelapa sawit perlu memperbaiki kebijakan dan prosedur manajerial terkait konflik perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penyebab, perkembangan, dan implikasi konflik sosial.

Selain itu, dikembangkan praktik-praktik terbaik pencegahan, penanganan, dan penyelesaian konflik.

Dengan itu, Aisyah berharap, hasil penelitian itu dapat membantu para eksekutif dan jajaran manajerial untuk membuat kebijakan dan keputusan operasional yang lebih baik untuk menghindari dan mengelola konflik.

Sementara itu, Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) menyambut baik temuan penelitian ini sebagai panggilan bagi dunia usaha untuk bertindak.

"Mengingat tingginya kerugian yang diderita perusahaan yang terlibat dalam konflik lahan, sangatlah penting bagi perusahaan untuk meningkatkan pencegahan, penanganan, serta penyelesaian konflik," ujar Shinta W Kamdani, Wakil Ketua Umum Hubungan Internasional Kadin dan Presiden Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD).

Kompas TV Pemerintah Hentikan Pembukaan Lahan Sawit Baru

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Saham Teknologi Tertekan, Wall Street Berakhir Mayoritas di Zona Merah

Saham Teknologi Tertekan, Wall Street Berakhir Mayoritas di Zona Merah

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 19 April 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 19 April 2024

Spend Smart
Bapanas Tugaskan ID Food Impor 20.000 Ton Bawang Putih Asal China

Bapanas Tugaskan ID Food Impor 20.000 Ton Bawang Putih Asal China

Whats New
Mata Uang Italia Sekarang dan Sebelum Gabung Uni Eropa

Mata Uang Italia Sekarang dan Sebelum Gabung Uni Eropa

Whats New
Satgas Pasti Temukan 100 Penipuan Bermodus Duplikasi Lembaga Keuangan

Satgas Pasti Temukan 100 Penipuan Bermodus Duplikasi Lembaga Keuangan

Whats New
Erick Thohir Minta BUMN Optimalisasi Pembelian Dollar AS, Ini Kata Menko Airlangga

Erick Thohir Minta BUMN Optimalisasi Pembelian Dollar AS, Ini Kata Menko Airlangga

Whats New
Pelemahan Rupiah Bakal Berdampak pada Harga Barang Impor sampai Beras

Pelemahan Rupiah Bakal Berdampak pada Harga Barang Impor sampai Beras

Whats New
Apa Mata Uang Brunei Darussalam dan Nilai Tukarnya ke Rupiah?

Apa Mata Uang Brunei Darussalam dan Nilai Tukarnya ke Rupiah?

Whats New
Posko Ditutup, Kemenaker Catat 965 Perusahaan Tunggak Bayar THR 2024

Posko Ditutup, Kemenaker Catat 965 Perusahaan Tunggak Bayar THR 2024

Whats New
Antisipasi El Nino, Kementan Dorong 4 Kabupaten Ini Percepatan Tanam Padi

Antisipasi El Nino, Kementan Dorong 4 Kabupaten Ini Percepatan Tanam Padi

Whats New
Laba RMKE Cetak Laba Bersih Rp 302,8 Miliar pada 2023

Laba RMKE Cetak Laba Bersih Rp 302,8 Miliar pada 2023

Whats New
Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Whats New
Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Whats New
Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Whats New
Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com