Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Fajar Marta

Wartawan, Editor, Kolumnis 

Berakhirnya Tren Perlambatan Ekonomi dan Tantangan 2017

Kompas.com - 09/02/2017, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAprillia Ika

Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2016, seperti dilaporkan Badan Pusat Statistik (BPS) awal pekan ini mencapai 5,02 persen.

Meskipun berada di bawah target APBN-P 2016 sebesar 5,2 persen dan juga di bawah titik tengah proyeksi Bank Indonesia yang 5,1 persen, angka 5,02 persen tetaplah pencapaian yang bagus.

Dengan pertumbuhan sebesar itu, Indonesia tercatat sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia. Di antara negara-negara besar dan negara-negara tetangga, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya kalah dari China, India, dan Filipina.

Selain itu, hanya segelintir negara yang berhasil mempercepat pertumbuhan ekonominya pada 2016. Indonesia bisa meningkatkan laju pertumbuhannya dari 4,88 persen pada 2015 menjadi 5,02 persen pada 2016.

Sementara banyak negara yang pertumbuhan ekonominya cenderung melambat. Perekonomian Amerika Serikat misalnya, melambat dari 2,6 persen pada 2015 menjadi 2,1 persen pada 2016. China juga melambat dari 6,9 persen menjadi 6,7 persen. Begitu pula dengan Jepang dan Malaysia.

Laju 2016 juga berhasil memutus tren perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terjadi sejak 2011. Ini tentu menimbulkan optimisme bahwa siklus perlambatan ekonomi Indonesia telah berakhir dan siklus percepatan ekonomi tengah dimulai.

Karena relatif lebih baik dibandingkan banyak negara, perekonomian Indonesia pun menuai pujian. Salah satunya dari Dana Moneter Indonesia (International Monetery Fund/IMF).

Dari hasil penilaiannya terhadap Indonesia, IMF menyimpulkan perekonomian Indonesia tetap stabil dan kuat di tengah gejolak keuangan dan perlambatan ekonomi global.

Kebijakan makro ekonomi yang terukur dan reformasi struktural yang terus berlanjut disebut IMF menjadi kunci keberhasilan perekonomian Indonesia.

IMF juga memandang, meskipun masih diselimuti risiko, stabilitas dan kekuatan ekonomi Indonesia saat ini jauh lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

M Fajar Marta/Kompas.com Pertumbuhan ekonomi Indonesia

Konsumsi rumah tangga

Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Indonesia terutama didorong oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh 5,01 persen. Laju konsumsi rumah tangga pada 2016 lebih cepat dibandingkan tahun 2015 yang sebesar 4,96 persen. Kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap pertumbuhan ekonomi 2016 mencapai 56,5 persen.

Meningkatnya daya beli masyarakat selama 2016 tidak terlepas dari rendahnya inflasi. Sepanjang tahun lalu, inflasi tercatat hanya 3,02 persen. Ini merupakan  inflasi terendah sejak 2009. Kenaikan harga barang  yang relatif minim selama 2016 telah mendorong masyarakat meningkatkan belanjanya.

Perekonomian 2016 juga didorong oleh konsumsi lembaga non-profit  dan investasi, yang masing-masing tumbuh 6,62 persen dan 4,48 persen. Kontribusi kedua komponen tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi masing-masing 1,16 persen dan 32,57 persen.

Masa kampanye jelang pilkada serentak 2017 membuat partai politik dan lembaga non-profit lainnya meningkatkan belanjanya selama 2016 untuk beriklan, membuat atribut, dan menggelar berbagai acara.

Halaman:


Terkini Lainnya

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Whats New
Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Rilis
IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

Whats New
Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Whats New
Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Whats New
Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Whats New
Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Whats New
Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Whats New
4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

Spend Smart
Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Whats New
Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Whats New
Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com