Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ibnu Hajar Ulinnuha
Pegiat Fintech

Anggota Asosiasi FinTech Indonesia dan Co-founder & CEO Dompetsehat.com.

"Fintech" dan Perilaku Keuangan Generasi Milenial

Kompas.com - 14/02/2017, 09:01 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAprillia Ika

Saat ini, bila Anda kebetulan sedang bersantai di sebuah Café, Coffee Shop, pusat perbelanjaan, atau tempat wisata di perkotaan, maka pemandangan umum yang mungkin Anda lihat adalah generasi muda yang sibuk berkutat dengan smartphone, chatting, mengambil gambar swa foto lalu mengunggahnya ke media sosial.

Seperti itulah kira-kira potret kehidupan kaum muda di kota besar atau lebih tepat disebut urban-middle-class millennials.

Menurut data yang dilansir oleh Boston Consulting Group (BCG), prediksi populasi MAC (Middle-Class and Affluent Customer) Indonesia di tahun 2020 adalah sebesar 141 juta orang atau 64 persen dari total populasi Indonesia saat ini.

Pada tahun yang sama, prediksi jumlah generasi urban-middle-class millennials Indonesia sendiri – menurut data yang telah dikompilasi oleh Alvara Research dari berbagai sumber – akan mencapai 35 juta jiwa.

Urban-middle-class millennials adalah early adopter dari teknologi terbaru, dimana mereka sudah sangat terbiasa berbelanja baik melalui media sosial (facebook, instagram, whatsapp, blackberry messanger) atau disebut dengan social commerce, maupun belanja di e-commerce platform yang sudah jauh lebih lengkap sistem pembayarannya – terutama karena didukung financial technology (fintech).

Besarnya populasi pengguna media sosial dan transaksi belanja e-commerce di Indonesia yang diprediksi pada tahun 2020 akan mencapai 130 miliar dollar AS membuat banyak pihak menggelontorkan dana triliunan rupiah untuk mempermudah pengalaman mereka berbelanja secara offline dan online. 

Itulah sebabnya, menurut data dari Asosiasi Fintech Indonesia 43 persen dari 140 perusahaan fintech di Indonesia bergerak di bidang payment.

Budaya Konsumerisme

Terlepas dari sisi positif meningkatnya perekonomian karena terus bertumbuhnya volume dan nilai transaksi belanja, budaya berbelanja secara online dan cashless di kalangan generasi muda saat ini menimbulkan permasalahan sosial lain, yakni meningkatnya budaya konsumerisme.

Hal itu tercermin dari data OJK akhir tahun 2015 lalu, yaitu menurunnya rasio Marginal Prospensity to Save (MPS) dan meningkatnya rasio Marginal Prospensity to Consume (MPC).

Rasio MPS sendiri berada di bawah rasio MPC sejak tahun 2013. Hal ini menandakan bahwa sejak beberapa tahun lalu lebih banyak masyarakat menghabiskan pendapatannya untuk kegiatan belanja dibandingkan untuk menabung.

Ini diperkuat Survey Manulife Investor Sentiment Index pada Q4 2015 yang mengungkapkan; 53 persen responden menghabiskan 70 persen dari penghasilan mereka untuk berbelanja, dan 10 persen dari responden menghabiskan 90 persen dari penghasilannya untuk berbelanja.

Dari kacamata pembangunan nasional, menurunnya rasio MPS akan berpengaruh pada kurangnya ketersediaan dana di lembaga keuangan, dan secara jangka panjang, akan membuat Indonesia harus terus mengandalkan hutang dari luar negeri untuk pembiayaan pembangunan  infrastruktur.

Sementara dari kacamata individu, lemahnya budaya menabung sejak dini akan mengurangi kesempatan generasi millennial untuk mengakumulasi kekayaan, yang seharusnya dapat mereka nikmati ketika usia mereka sudah tidak lagi produktif dan tidak sanggup bekerja lagi.

Fintech untuk Gerakan Menabung dan Berinvestasi

Halaman:



Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com