Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Punya Satu Lagi Varietas Unggul Ayam Lokal

Kompas.com - 21/02/2017, 19:55 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis


BOGOR, KOMPAS.com
-Indonesia punya satu lagi varietas unggul ayam lokal, yaitu ayam pedaging unggul Sentul Terseleksi Agrinak (SenSi-1 Agrinak). Kementerian Pertanian lewat Balai Penelitian Peternakan (Balitnak) Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang), telah meluncurkannya pekan ini. 

"Varietas ini untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan bibit ayam lokal unggul," ujar Plt Kepala Pusat Penelitian Peternakan Kementan, Fadjry Djufry, dalam siaran pers-nya, Selasa (21/2/2017).

Menurut Djufry, varietas terbaru itu merupakan varian lanjutan dari ayam KUB. Varietas SenSi-1 Agrinak akan menghasilkan ayam lokal pedaging berbobot 800-1.000 gram untuk usia 70 hari. Ayam ini juga relatif lebih tahan penyakit.

"(Ini merupakan) salah satu galur unggul ayam lokal di dalam negeri untuk menghasilkan ayam pedaging yang dapat meningkatkan penyediaan bibit DOC, sekaligus meningkatkan efisiensi pembudidayaannya," ungkap Djufry.

Kepala Balai Penelitian Peternakan Suharsono menambahkan, varietas SenSi-1 Agrinak merupakan merupakan salah satu galur murni (pure line) ayam lokal pedaging unggul. Menurut dia, ayam ini dapat dimanfaatkan sebagai ayam niaga (final stock) dan atau  ayam tetua (parent stock).

"Galur ini telah ditetapkan sebagai galur ayam lokal pedaging asli Indonesia berdasarkan SK Mentan Nomor 39/Kpts/PK.020/1/2017 tertanggal 20 Januari 2017, tentang Pelepasan Galur Ayam SenSi-1 Agrinak," sebut Suharsono.

Suharsono menjelakan, penelitian yang menghasilkan varietas unggul ayam lokal tersebut telah berlangsung selama 5 tahun. Proses seleksi kemudian dilakukan terhadap ayam jantan berumur 10 minggu.

Seleksi dan keunggulan

Kriteria seleksi adalah bobot tubuh berkisar 0,8 kilogram sampai 1 kilogram sesuai bobot permintaan pasar, bulu abu-abu atau putih bercak hitam sebagai warna dominan, serta jengger kacang. Tujuan seleksi adalah mendapatkan keseragaman tampilan dan perbaikan bobot ayam.

"Kriteria seleksi yang tidak dilakukan pada ayam betina kecuali warna bulu. Tujuannya, memastikan sifat-sifat ketahanan tubuh ayam SenSi-1 Agrinak tidak banyak berubah dari ketahanan tubuh rumpunnya," papar Suharsono.

Selain itu, diterapkan pula kriteria berdasarkan lingkungan optimum. Rinciannya, pakan ditetapkan dengan kualitas 17 persen protein kasar dengan 2.800 kkal ME/kg selama masa pertumbuhan sampai ayam berumur 20 minggu.

"Pertimbangan ini diambil untuk mengantisipasi kondisi pemeliharaan di peternak. Pemberian pakan dengan kualitas lebih baik diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan nilai ekonomis lebih baik," tutur Suharsono.

Sebelumnya, lanjut Suharsono, pada 2016 sudah ada kerja sama pra-lisensi untuk produksi bibit ayam ini dengan 6 perusahaan. Tujuan kerja sama adalah memastikan penyebaran bibit ini.

Keenam perusahaan itu, sebut Suharsono, adalah PT Sumber Unggas di Cogreg Bogor, Jawa Barat; Warso Unggul Farm di Tangkil Bogor Jawa Barat; Dedi Farm di Gunung Endut, Sukabumi Jawa Barat; Badan Usaha Milik Tiyuh di Kabupaten Tulang Bawang Barat, Lampung; DNR Farm di Ciampea, Bogor, Jawa Barat; dan PT ISFIN di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

"Hasilnya, sampai saat ini telah dilakukan perbanyakan bibit sebanyak 100.000 DOC, (meski) untuk saat ini masih dikonsentrasikan di wilayah Jabodetabek," ujar Suharsono.

Diperkirakan, populasi yang semula 6.000 DOC jantan-betina (unsexed) ditambah 2.000 DOC unsexed di lokasi peternak non-MoU, kini sudah bertambah menjadi 80.000 ekor sebagai tetua pengganti.

Berikut ini keunggulan ayam lokal SenSi-1 Agrinak:

  • Bobot hidup rata-rata pada umur 10 minggu untuk jantan 1.066 ± 62,5 gram per ekor dan untuk betina 745 ± 114 gram per ekor
  • Konsumsi pakan umur 0-10 minggu sebanyak 2,7-3,2 kg per ekor
  • Umur pertama bertelur 174 ± 17,69 hari
  • Bobot umur pertama bertelur 1.909 ± 219 gram per ekor
  • Produksi telur puncak 61,98 ± 8,66 persen henday
  • Puncak produksi telur pada umur ayam 34,5 ± 4,05 minggu
  • Bobot telur pertama seberat 32,83 ± 4,76 gram per butir, akan bertambah terus sampai 44,82 ± 3,63 gram per butir pada saat puncak produksi
  • Fertilitas mencapai 85,47 ± 6,58 persen
  • Rata-rata produksi telur selama 40 minggu masa bertelur sebesar 39,58 ± 5,30 persen henday production
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Whats New
Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Whats New
KPLP Kemenhub Atasi Insiden Kebakaran Kapal di Perairan Tanjung Berakit

KPLP Kemenhub Atasi Insiden Kebakaran Kapal di Perairan Tanjung Berakit

Whats New
Wamenkeu Sebut Suku Bunga The Fed Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Wamenkeu Sebut Suku Bunga The Fed Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Whats New
PNS yang Dipindah ke IKN Bisa Tempati Apartemen Mulai September

PNS yang Dipindah ke IKN Bisa Tempati Apartemen Mulai September

Whats New
RMKE: Ekspor Batu Bara Diuntungkan dari Pelemahan Rupiah

RMKE: Ekspor Batu Bara Diuntungkan dari Pelemahan Rupiah

Whats New
Antisipasi Darurat Pangan di Papua Selatan, Kementan Gencarkan Optimasi Lahan Rawa di Merauke

Antisipasi Darurat Pangan di Papua Selatan, Kementan Gencarkan Optimasi Lahan Rawa di Merauke

Whats New
Erick Thohir Minta Pertamina hingga MIND ID Borong Dollar AS, Kenapa?

Erick Thohir Minta Pertamina hingga MIND ID Borong Dollar AS, Kenapa?

Whats New
Nasabah Kaya Perbankan Belum 'Tersengat' Efek Pelemahan Nilai Tukar Rupiah

Nasabah Kaya Perbankan Belum "Tersengat" Efek Pelemahan Nilai Tukar Rupiah

Whats New
Apa Saja Penyebab Harga Emas Naik Turun?

Apa Saja Penyebab Harga Emas Naik Turun?

Work Smart
Bapanas Ungkap Biang Kerok Harga Tomat Mahal

Bapanas Ungkap Biang Kerok Harga Tomat Mahal

Whats New
Jadi BUMD Penyumbang Dividen Terbesar, Bank DKI Diapresiasi Pemprov Jakarta

Jadi BUMD Penyumbang Dividen Terbesar, Bank DKI Diapresiasi Pemprov Jakarta

Whats New
Kadin Sebut Ekonomi RI Kuat Hadapi Dampak Konflik di Timur Tengah

Kadin Sebut Ekonomi RI Kuat Hadapi Dampak Konflik di Timur Tengah

Whats New
Rupiah Tembus Rp 16.100, Menko Airlangga: karena Dollar AS Menguat

Rupiah Tembus Rp 16.100, Menko Airlangga: karena Dollar AS Menguat

Whats New
IHSG dan Rupiah Berakhir di Zona Hijau

IHSG dan Rupiah Berakhir di Zona Hijau

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com