JAKARTA, KOMPAS.com - Kunjungan Raja Salman dari Arab Saudi disebut mendatangkan investasi ke Indonesia senilai sekitar Rp 45 triliun. Tidak terkecuali, kunjungan Raja Salman juga menjadi angin segar bagi industri migas Indonesia.
Ketua Koordinator Gas Industri Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Ahmad Wijaya menuturkan, pihaknya berharap agar pemerintah dan PT Pertamina (Persero) dapat memaksimalkan peluang untuk menarik investasi lainnya dari Arab Saudi.
Pasalnya, saat ini Pertamina dan raksasa minyak Saudi Aramco sudah menjalin kerja sama. Kerja sama itu adalah pembentukan perusahaan patungan atau joint venture pemurnian minyak Refinery Development Masterplan (RDMP) kilang di Cilacap, Jawa Tengah.
Kerja sama yang diteken pada akhir tahun 2016 itu bernilai sekira Rp 5,5 miliar hingga Rp 6 miliar. Ahmad mengungkapkan, Saudi Aramco tertarik untuk berinvestasi di kilang Cilacap karena kilang tersebut mampu mengolah minyak dengan kualitas yang kurang baik.
Pasalnya, kandungan sulfur pada minyak di sana cukup tinggi. "Hal ini perlu dikaji ulang. Artinya jangan semata-mata hanya karena itu. Arab Saudi itu termasuk investor yang sangat kecil di Indonesia, kesempatan ini harapan besar untuk kita," kata Ahmad dalam sebuah diskusi energi di Jakarta, Minggu (5/3/2017).
Ahmad mengungkapkan, investasi di sektor mitas tersebut menjadi angin segar bagi pelaku industri di Indonesia karena ada investasi di sektor hulu. Para pelaku industri, khususnya di sektor hilir dan antara, kata dia, membutuhkan sektor hulu.
"Kedatangan Raja Salman mengobati kerinduan investasi di industri hulu. Begitu ada investasi refinery itu kerinduan. 10 tahun saja kita sudah merindukan investasi di hulu," jelas Ahmad.