Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Instrumen Investasi Efek Beragun Aset Kurang Diminati

Kompas.com - 21/03/2017, 16:40 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Instrumen investasi Efek Beragun Aset berbentuk Surat Partisipasi (EBA-SP) kurang diminati oleh lembaga dana pensiun (Dapen). Dari total investasi Dapen yang sebesar Rp 241 triliun, hanya 0,22 persennya saja atau sekitar Rp 530,2 miliar yang ditempatkan di EBA-SP.

Direktur Eksekutif Perkumpulan Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) Bambang Sri Muljadi mengatakan, saat ini penempatan dana investasi Dapen di pasar modal mencapai 65 persen atau sebesar Rp 156,65 triliun.

Instrumen investasi di pasar modal yang dipilih di antaranya yaitu obligasi, saham, dan reksa dana. "Yang teralokasi ke EBA-SP hanya 0,22 persen dari total investasi," kata Bambang di Jakarta, Selasa (21/3/2017).

Minimnya minat investasi ke EBA-SP itu menurut Bambang dikarenakan imbal hasil atau return yang lebih rendah dibandingkan dengan Surat Berharga Negara (SBN) atau obligasi korporasi.

Memang, dalam memilih instrumen investasi, Dapen memiliki berbagai pertimbangan salah satunya return. Return yang diinginkan yaitu return yang wajar sesuai target rencana investasi untuk meng-cover bunga teknis yang ditetapkan oleh pendiri, dan atau rata-rata tingkat return industri Dapen.

Selain itu, ada juga pertimbangan likuiditas dengan instrumen yang dipilih mudah dicairkan bila Dapen memerlukan likuiditas. Dan yang tak kalah penting adalah risikonya yang harus bisa terukur.

Menurut Bambang, di pasar modal sendiri Dapen cenderung memilih instrumen yang risikonya rata-rata, tidak tinggi dan juga tidak rendah. Beberapa contoh instrumen ini, kata Bambang adalah obligasi korporasi. Sedangkan instrumen investasi yang risikonya tinggi seperti saham dan reksa dana.

Adapun instrumen investasi yang risikonya rendah adalah deposito dan SBN. "Tetapi, itu tergantung Dapennya, konservatif atau agresif. Namun, kalaupun agresif juga tidak mungkin sampai 30 persen ke saham," ucap Bambang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com