Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekspor Jagung, Tinggal "Lempar" Saja...

Kompas.com - 29/03/2017, 23:51 WIB
Josephus Primus

Penulis


KOMPAS.com - Diam-diam, jagung siap mencuri perhatian di sela-sela upaya pemerintah mengembalikan kedaulatan pangan Indonesia. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman terang-terangan mengatakan ihwal produktivitas jagung itu di berbagai kesempatan.

"(Hingga akhir 2016), impor jagung kita sudah susut hingga 60 persen," ujar Amran Lingkungan Batubessi, Kelurahan Sape'e, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan, Senin (21/3/2017).

Catatan terkini dari Direktur Pengadaan Bulog, Tri Wahyudi Saleh, instansinya mematok target penyerapan jagung pada 2017 mencapai 250.000 ton. Seperti dikutip Kontan edisi Kamis (23/3/2017), target itu sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 21 Tahun 2016.

Syarat jagung yang bakal diserap Bulog adalah kadar airnya 15 persen, butir rusak 3 persen, butir jamur 2 persen, butir pecah 2 persen, serta kandungan benda asing 2 persen. Banderol harga pembelian pemerintah (HPP) adalah Rp 3.150 per kilogram.

Sampai dengan Maret 2017, misalnya Bulog sudah membeli jagung petani hingga 50 ton jagung dari Provinsi Gorontalo, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara. Bulog punya duit Rp 787,5 miliar untuk menyerap jagung di sepanjang tahun ini.

Perum Bulog pada 2017 juga berencana menambah mesin pengering jagung dan gudang di 10 lokasi di Sumatera Utara, Lampung, DKI Jakarta dan Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Gorontalo, NTB, serta NTT. Daya tampung Bulog diperkirakan mencapai 192.000 ton dengan penambahan ini.

Sementara itu, data dari Kementan melalui Direktur Jenderal (Dirjen) Tanaman Pangan Sumardjo Gatot Irianto pada Kamis (23/3/2017) menunjukkan panen jagung nasional sepanjang tahun ini bisa mencapai angka 30 juta ton. Hitung-hitungannya merujuk pada luas lahan jagung nasional yang mencapai 6 juta hektar, dengan produktivitas 5 ton per hektar.

Adapun data dari Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) melalui Ketua Umum Desianto Budi Utomo menunjukkan kebutuhan industri pakan ternak nasional mencapai 700.000 ton per bulan atau sekitar 8,4 juta ton setahun.

Bangunkan lahan tidur

Menteri Amran lebih lanjut menuturkan salah satu strategi untuk membuat jagung berjaya di negeri sendiri. Salah satu yang dilakukan adalah memanfaatkan lahan tidur bahkan lahan tidur yang ada di sela-sela semisal lahan karet.

Petani memanen jagung hibrida P27 Gajah di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Rabu (18/3/2015). Jagung hibrida menjadi salah satu produk pangan unggulan di Lombok. KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO

"Bangunkan lahan yang tidur," begitu Amran berkata saat bertandang ke Desa Kadujangkung, Kecamatan Mekarjaya, Kabupaten Pandeglang, Banten, Rabu (29/3/2017), sebagaimana siaran pers Kemeneterian Pertanian.

Banten, sebut Amran, akan menjadi salah satu andalan peningkatan produksi jagung. Menurut rencana, secara bertahap akan ada perluasan area tanaman jagung hingga menyentuh angka 200.000 hektar.

"Jika Provinsi Banten bisa menanam jagung seluas 200.000 hektar, kami akan memberi bantuan 100.000 benih jagung yang nilainya mencapai Rp 200 miliar," kata Amran.

Sebelumnya, soal pemanfaatan lahan tidur juga sudah disampaikan Amran saat berkunjung ke salah satu sentra jagung nasional, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). 

"Jangan ada sejengkal lahan tidur yang tidak termanfaatkan,"  kata Amran saat itu di hadapan para pejabat setempat, Selasa (14/3/2017).

Sebagai catatan, NTT sudah menyandang predikat sebagai salah satu sentra produksi jagung nasional sejak 2008. Pada 2015, kata Gubernur Frans Lebu Raya, produksi jagung NTT mencapai angka 685.081 ton.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Whats New
Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Whats New
Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Whats New
Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Whats New
Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Whats New
Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Spend Smart
Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Whats New
Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Work Smart
Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Work Smart
Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Whats New
Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Whats New
HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

Rilis
Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Whats New
Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com