Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

The Fed Tahan Suku Bunga, OJK Tetap Waspada

Kompas.com - 05/05/2017, 09:00 WIB
Aprillia Ika

Penulis

NUSA DUA, KOMPAS.com - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tetap mewaspadai pergerakan bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve atau The Fed hingga akhir tahun.

Menurut OJK, walaupun pada Rabu (3/5/2017) waktu setempat The Fed menunda kenaikan suku bunga, namun OJK tetap memperkirakan The Fed akan tetap menaikkan suku bunga pada pertemuan mendatang.

"The Fed menahan suku bunga, kami menilai itu masih dalam koridor prediksi kami sebelumnya. Yakni akan ada kenaikan suku bunga The Fed dua hingga tiga kali tahun ini," kata Muliaman Hadad, Ketua Dewan komisioner OJK, usai membuka Seminar Internasional Changing Consumer Behaviour Through Financial Literacy, Financial Inclusion and Consumer Protection di Nusa Dua, Bali, Kamis (4/5/2017).

Menurut Muliaman Hadad, berdasarkan prediksi tersebut, OJK sudah jauh hari mempersiapkan diri jika The Fed menaikkan suku bunga. "Kalau tidak naik (suku bunga The Fed), nanti malah jadi masalah baru karena akan ada capital outflow," lanjutnya.

Kenaikan Suku Bunga

Sebelumnya, seperti yang diprediksi banyak pihak, The Fed memang memberikan isyarat melemahnya ekonomi untuk sementara waktu. Meski demikian, The Fed masih memberikan sinyal akan terus melakukan pengetatan kebijakan.

"The Fed tak lagi melihat pelemahan yang terjadi di kuartal pertama. Berdasarkan opini saya, mereka akan lebih melihat data-data terkini atas rencana menaikkan suku bunga acuan Juni mendatang," papar Peter Boockvar, chief market analyst Lindsey Group, seperti dikutip dari CNBC.

Sementara, Michael Schumacher, head of rates strategy Wells Fargo Securities menjelaskan, indeks futures suku bunga The Fed mengindikasikan 75 persen kemungkinan terjadinya kenaikan suku bunga pada Juni. Prediksi ini naik 5 persen setelah pengumuman The Fed di Rabu.

"Memang terlihat cukup optimistis. Tidak ada perbedaan yang cukup besar antara pernyataan The Fed sekarang dan yang terakhir. Pernyataan yang menyatakan bahwa mereka mengabaikan pertumbuhan ekonomi kuartal I yang lemah merupakan hal yang besar. Tidak ada perubahan berarti pada arah kebijakan mereka," kata Schumacher.

Sekadar informasi, pertumbuhan kuartal pertama AS terbilang cukup lemah, yakni hanya 0,7 persen. Namun sejumlah ekonom memprediksi adanya rebound dan beberapa pihak memprediksi adanya pertumbuhan di atas 3 persen.

"Komite memandang, terjadinya perlambatan ekonomi pada kuartal pertama merupakan masa transisi. Komite tetap memprediksi dengan dilakukannya penyesuaian pada kebijakan moneter, aktivitas ekonomi akan tumbuh moderat, kondisi pasar tenaga kerja akan terys menguat, serta inflasi akan stabil di kisaran 2 persen dalam jangka menengah," demikian pernyataan The Fed.

The Fed juga mencatat, bahwa inflasi sempat turun pada Maret, namun meramal akan kembali stabil ke depannya.

"Meski banyak yang mengatakan bahwa data ekonomi melemah belakangan ini, seperti pertumbuhan PDB kuartal pertama yang hanya 0,7 persen dapat memperlambat aksi The Fed, kami rasa Komite masih akan tetap melanjutkan arah kebijakan menuju kenaikan suku bunga setidaknya sebanyak dua kali pada tahun ini. Pernyataan yang diutarakan The Fed merefleksikan hal tersebut," tulis Rick Rieder, BlackRock's chief investment officer and co-head of global fixed income.

Menurut Rieder, The Fed sangat jelas dalam mengutarakan tujuannya. "Dalam pandangan kami, hanya ada kasus signifikan atau kejatuhan ekonomi yang cukup dalam, atau bahkan guncangan di pasar finansial akibat ketegangan politik yang tak terduga, yang bisa memutarbalikkan arah kebijakan The Fed," jelasnya.

 

Kompas TV Bunga Fed Naik, Rupiah dan Saham Tetap Melaju

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pengusaha Harap Putusan MK soal Pilpres Dapat Ciptakan Iklim Investasi Stabil

Pengusaha Harap Putusan MK soal Pilpres Dapat Ciptakan Iklim Investasi Stabil

Whats New
IHSG dan Rupiah Kompak Menguat di Akhir Sesi 23 April 2024

IHSG dan Rupiah Kompak Menguat di Akhir Sesi 23 April 2024

Whats New
Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Whats New
Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

Whats New
Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Whats New
Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Whats New
Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Whats New
Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Whats New
Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Whats New
Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Whats New
KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

Whats New
Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Whats New
Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Whats New
Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

Work Smart
Heboh soal Kualifikasi Lowker KAI Dianggap Sulit, Berapa Potensi Gajinya?

Heboh soal Kualifikasi Lowker KAI Dianggap Sulit, Berapa Potensi Gajinya?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com