Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tarif Transportasi Naik, Inflasi Juni Melonjak Jadi 0,69 Persen

Kompas.com - 03/07/2017, 14:45 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, data indeks harga konsumen (IHK) mengalami inflasi pada Juni 2017 sebesar 0,69 persen, lebih besar dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya 0,66 persen.

Adapun bila dibandingkan Mei 2017, inflasi Juni 2017 juga lebih besar. Sebab pada Mei lalu, inflasi hanya 0,39 persen saja. Inflasi tahun kalender 2017 dari Januari-Juni sudah mencapai 2,38 persen

"Inflasi ini disebabkan penyesuaian tarif listrik, angkutan udara dan angkutan antar kota," ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers, Jakarta, Senin (3/7/2017).

Pada Juni 2017, 79 kota mengalami inflasi dan hanya tiga kota yang mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Tual mencapai 4,48 persen. Sementara deflasi terendah terjadi di Denpasar 0,01 persen.

Tingginya inflasi Juni 2017 disumbang oleh kenaikan pengeluaran transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan dengan kontribusi 0,23 persen. Penyebabnya adalah naiknya tarif angkutan udara, angkutan antar kota, dan kereta api.

Sementara itu, pengeluaran perumahan, air, listrik, gas, dan BBM menyumbang inflasi 0,18 persen. Penyesuaian tarif listrik 900 VA jadi penyebab besarnya inflasi pada kelompok pengeluaran ini.

Meski inflasi Juni 2017 cukup tinggi, harga bahan makanan justru hanya menyumbang inflasi 0,14 persen. Meski ada Ramadhan dan Lebaran, harga-harga bahan makanan terbilang terkendali.

Suhariyanto mengatakan, kondisi itu lebih baik dibandingkan harga-harga bahan makanan pada Ramadhan dan Lebaran sejak tiga tahun lalu.

Dari hasil itu, BPS menyampaikan bahwa inflasi Juni 2017 lebih disebabkan harga yang diatur oleh pemerintah yang menyumbang inflasi 0,42 persen. Adapun gejolak harga hanya menyumbang inflasi 0,12 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mengenal Mata Uang Kanada, Salah Satu yang Paling Stabil di Dunia

Mengenal Mata Uang Kanada, Salah Satu yang Paling Stabil di Dunia

Whats New
Inggris Dukung dan Berbagi Pengalaman untuk Keanggotaan Indonesia di CPTPP

Inggris Dukung dan Berbagi Pengalaman untuk Keanggotaan Indonesia di CPTPP

Whats New
Menaker: Serikat Pekerja Nuntut Kenaikan Upah, Kami Tuntut Kenaikan Kompetensi

Menaker: Serikat Pekerja Nuntut Kenaikan Upah, Kami Tuntut Kenaikan Kompetensi

Whats New
Bea Cukai, Dulu Tenar Jadi Sarang Pungli, Sempat Dibekukan Soeharto

Bea Cukai, Dulu Tenar Jadi Sarang Pungli, Sempat Dibekukan Soeharto

Whats New
Emiten GPS PT Sumber Makmur Sasar Pasar Pembayaran Tol Tanpa Setop MLFF di RI

Emiten GPS PT Sumber Makmur Sasar Pasar Pembayaran Tol Tanpa Setop MLFF di RI

Whats New
Ini Alasan Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Ini Alasan Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Whats New
Mata Uang Denmark, Pakai Euro atau Krone?

Mata Uang Denmark, Pakai Euro atau Krone?

Whats New
Menaker: Kami Tolak Upah Murah dan PHK Sepihak

Menaker: Kami Tolak Upah Murah dan PHK Sepihak

Whats New
Walau Pendapatan Turun, PT Timah Bukukan Kenaikan Laba Per Kuartal I 2024

Walau Pendapatan Turun, PT Timah Bukukan Kenaikan Laba Per Kuartal I 2024

Whats New
OJK Cabut Izin Usaha PT BPR Dananta Kabupaten Kudus

OJK Cabut Izin Usaha PT BPR Dananta Kabupaten Kudus

Whats New
Di Perda Klungkung, Justru Bukan Warung Madura yang Dilarang Buka 24 Jam, tapi Ritel Modern

Di Perda Klungkung, Justru Bukan Warung Madura yang Dilarang Buka 24 Jam, tapi Ritel Modern

Whats New
Harga BBM Vivo dan BP Kompak Naik Per 1 Mei 2024, Cek Rinciannya!

Harga BBM Vivo dan BP Kompak Naik Per 1 Mei 2024, Cek Rinciannya!

Whats New
Gerakan Serikat Buruh Minta Prabowo Cabut UU Cipta Kerja, Ini Alasannya

Gerakan Serikat Buruh Minta Prabowo Cabut UU Cipta Kerja, Ini Alasannya

Whats New
Emiten Menara Telko Tower Bersama Catatkan Pendapatan Rp 1,7 Triliun Per Kuartal I 2024

Emiten Menara Telko Tower Bersama Catatkan Pendapatan Rp 1,7 Triliun Per Kuartal I 2024

Whats New
Kinerja 2023 'Kinclong', Emiten TI ATIC Sasar Pasar Baru Konsultasi Cloud pada 2024

Kinerja 2023 "Kinclong", Emiten TI ATIC Sasar Pasar Baru Konsultasi Cloud pada 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com