Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Kelayakan Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Kelar Dalam 3 Minggu

Kompas.com - 06/07/2017, 07:27 WIB
Moh. Nadlir

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menargetkan studi kelayakan proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya akan selesai pada awal Agustus nanti.

Dari hasil studi kelayakan tersebut, akan diketahui seperti apa rute dan desain dari kereta cepat tersebut.

Hal itu diungkapkan Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Perkeretaapian Direktorat Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan, Zulmafendi di Jakarta, Rabu (5/7/2017).

Dia mengatakan, saat ini Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sedang melakukan kajian pada pembangunan kereta cepat tersebut. 

(Baca: Pemerintah Tunggu Hasil Studi Kelayakan Kereta Cepat Jakarta-Surabaya)

 

Sementara pihak Kemenhub akan menjalankan focus group discussion (FGD) yakni mengundang semua stakeholder terkait untuk urun rembug terkait proyek ini pada 12 Juli 2017 mendatang. 

Menurut Zulmafendi, hasil studi kelayakan itu belum akan menjadi keputusan final apakah kereta cepat itu nantinya memakai listrik atau diesel.

"Belum dipilih opsinya yang mana, mau kereta cepat yang pakai diesel atau pakai listrik," kata dia.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan sebelumnya mengatakan bahwa studi kelayakan proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya tersebut akan keluar tiga pekan ke depan.

Menurut dia, ada beberapa hal yang masih dikaji. Pertama, soal rute kereta cepat tersebut.

Dari hasil studi sementara BPPT, pemerintah dan pihak Jepang, ternyata rute kereta cepat tersebut punya banyak tikungan yakni hingga lebih 100 tikungan. 

Imbasnya, ongkos pembangunan proyek ini juga akan meningkat. Masalah kenaikan ongkos pembangunan menjadi bahan kajian kedua. 

Ketiga, soal mesin kereta. Pemerintah masih menunggu kajian apakah kereta tersebut harus memakai mesin listrik atau mesin diesel.

Berdasarkan kajian sementara, penggunaan diesel dapat membuat laju kereta hingga 150 kilometer per jam. Sementara penggunaan listrik bisa lebih cepat. 

Keempat, pemerintah juga masih mengkaji siapa yang akan menggarap proyek tersebut, apakah Jepang atau China. Sebab dua negara tersebut sama-sama tertarik. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com