Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Uber Bisa Saja Berakhir Tragis Seperti Yahoo...

Beberapa waktu lalu, Yahoo resmi setelah diakuisisi oleh perusahaan telko terkemuka di Amerika Serikat tersebut senilai 4,5 miliar dollar AS (atau sekitar Rp 63 triliun).

Nama Yahoo pun hilang dan berganti dengan nama Altaba, yang saat ini masih menyisakan sejumlah saham di Yahoo Japan dan di Alibaba.

Yahoo, perusahaan yang terakhir dikomandani oleh eksekutif cantik Marissa Mayer tersebut, pada 1999 pernah memiliki valuasi nikai 100 miliar dollar AS. Menyedihkan jika harganya saat ini hanya 4,5 miliar dollar saja.

(Baca: Yahoo "Menyerah" pada Verizon, Marissa Mayer Harus Hengkang)

Pola yang sama bisa terulang pada Uber, pionir industri transportasi online. Perusahaan ini masih menghadapi segunung permasalahan hukum, hambatan regulasi, hingga budaya kerja.

Terakhir, pendiri dan CEO Uber, Travis Kalanick hengkang dari perusahaan yang didirikannya tersebut dan meninggalkan jurang lebar dalam manajemen Uber.

Pengembangan aplikasi Uber sendiri saat ini terbelah antara terus mengembangkan layanan transportasi online, atau mengembangkan bisnis transportasi kendaraan pintar tanpa supir. 

Uber tertarik mengembangkan transportasi kendaraan pintar tanpa supir, sebab saat ini sebagian besar dana Uber tersedot untuk biaya para driver, termasuk asuransinya. 

Kemudian, Uber telah menyerah di beberapa negara yang sejatinya merupakan pangsa pasar empuk, misalnya saja di China.

Uber akhirnya menyerahkan bisnisnya ke Didi Chuxing, layanan transportasi online sejenis di China, pada tahun lalu. Sebagai gantinya, Uber memiliki saham di Didi, sekitar 18 persen. Nilai sahamnya diperkirakan sekitar 8 miliar dollar AS saat ini.

(Baca: Grab Taxi, Lyft, Didi, dan Ola Bergabung Melawan Uber)

Tak lama berselang di tahun ini, Didi mendapatkan suntikan dana hingga 5,5 miliar dollar AS dan membuat perusahaan tersebut mempunyai valuasi 50 miliar dollar AS. Tentu saja dengan valuasi nilai sebesar itu, bisa saja Didi mencaplok Uber di kemudian hari. 

Awal bulan Juli ini, hal yang sama dilakukan Uber di Rusia. Uber mengibarkan bendera putih dengan menyerahkan bisnisnya ke rivalnya, Yandex, yang diganti dengan 37 persen saham di layanan kombinasi baru.

Nilai saham Uber di Yandex diperkirakan mencapai 1 miliar dollar AS, namun jika saham Uber dan Yandex digabung, nilainya mencapai 10 miliar dollar AS. Artinya, yandex juga berpotensi mencaplok Uber di kemudian hari. 

Di sisi lain, bisnis Uber terus melemah. Sehingga valuasinya juga menurun. Di pasar sekunder, valuasi nilai Uber turun ke 50 miliar dollar AS per Juni, menurut TechCrunch. Akan tidak mengejutkan jika valuasi resmi sebesar 68 miliar dollar AS akan terus jatuh, seiring hengkangnya Kalanick.

(Baca: Uber Derita Kerugian 2,8 Miliar Dollar AS pada 2016)

Ancaman lain datang dari pasar AS. Rival Uber di AS adalah Lyft. Perusahaan Lyft ini baru saja mencapai valuasi 7,5 miliar dollar AS. Di As, Uber memang belum khawatir dengan Lyft sebab saat ini bisnis Uber di Amerika Serikat dua kali lipat dari Lyft.

Namun jika kita berandai-andai, saham Uber di China dan Rusia naik jadi 50 persen. Kemudian, abaikan juga usaha dan upaya Uber di negara lain.

Namun walaupun sudah begitu, diestimasi nilai Uber hanya akan mencapai 30 miliar dollar AS, atau separuh dari valuasi nilai saat ini.

Jika pelemahan ini terus berlanjut, berikut dengan segala masalah hukum dan regulasi serta kekalahan bisnis Uber di berbagai negara, tidak heran jika nama Uber juga akan lenyap seperti halnya Yahoo.

https://bisniskeuangan.kompas.com/read/2017/07/21/141157226/uber-bisa-saja-berakhir-tragis-seperti-yahoo-

Terkini Lainnya

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Whats New
Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Whats New
Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Whats New
Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Spend Smart
Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Whats New
Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Whats New
Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan 'Open Side Container'

Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan "Open Side Container"

Whats New
Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Whats New
Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke