Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Boediono Tidak Mungkin Telan Mentah-mentah Paham Neo-liberal

Kompas.com - 14/05/2009, 07:39 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Perdebatan soal paham ekonomi neo-liberal yang kabarnya dianut Boediono, yang disinyalir bertentangan dengan ekonomi kerakyatan, masih hangat dan terus berlanjut. Hal inilah yang bagi sebagian orang bahkan menjadi sebab penolakan utama rencana pencalonannya sebagai pasangan calon wakil presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Kepala Ekonom BNI Tony A Prasetiantono mengakui, Boediono memang ekonom mainstream. Ia berlatar belakang pendidikan di Australia dan doktor di Wharton School, University of Pennsylvania, salah satu sekolah bisnis terbaik di dunia yang ada di AS.

"Karena itulah beliau dianggap memiliki pemikiran yang sejalan dengan yang berkembang di AS sehingga disebut penganut Washington Consensus (WC), atau neo-liberal," kata Tony kepada Persda, Rabu (13/5).

Namun, lanjut Tony, tidak berarti Boediono menelan mentah-mentah paham neo-liberal. "Secara umum, 10 pilar dalam WC tersebut baik, yang pada dasarnya resep generik bagi pemulihan ekonomi negara berkembang," katanya.

Kendati demikian, jelas Tony, di sana-sini ada kelemahan yang harus menjadi perhatian ektra bagi Boediono jika terpilih, misalnya soal privatisasi yang harus dilakukan secara hati-hati, tidak sembarang diobral. "Saya melihat Pak Boed berada di jalur ini. Beliau tidak naif dan gelap mata sekadar ikut WC. Beliau sangat pintar, dan satu-satunya ekonom kita yang pernah menduduki semua pos penting portofolio ekonomi," kata dia.

Tony menyebutkan, di antara pos penting itu adalah Menteri Perencanaan/ Bappenas, Menteri Keuangan, Menteri Koordinator Perekonomian, dan sekarang menjabat Gubenur BI. "Tidak ada orang lain yang selengkap ini. Saya sangat antusias menyambut beliau menjadi calon wakil presiden," kata Tony.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com