Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Eli Lilly dengan e.Lilly

Kompas.com - 08/11/2009, 07:47 WIB

KOMPAS.com - Keunggulan kompetitif para pemain di industri farmasi sangatlah tergantung dari inovasi pengembangan produk. Masalahnya untuk mengembangkan produk baru, para pemain harus berkutat dengan masalah biaya dan prosesnya juga memakan waktu yang sangat panjang.

Seperti yang dikabarkan, biaya untuk menemukan dan membuat produk obat yang baru sangat mahal, secara rata-rata sekitar 500 juta dollar AS. Waktu yang dibutuhkan dari tahap penemuan sampai menjadi produk baru yang dipatenkan, secara rata-rata bisa memakan hingga 15 tahun.

Dilihat dari tantangannya ini, maka tak heran kalau banyak pemain yang membuka diri dengan merubah proses pengembangan produknya dari yang tadinya dikerjakan semua di dalam (in-house), menjadi lebih kolaboratif dengan melibatkan berbagai pihak luar. Eli Lilly & Co adalah salah satu contohnya.

Perusahaan yang sudah berdiri lebih dari satu abad ini selama ini percaya bahwa penelitian dan pengembangan produk adalah segala-galanya bagi perusahaan. Bahkan pendirinya, Eli Lilly, seorang apoteker dan kolonel di jaman perang saudara di Amerika, menyebut bagian R&D di perusahaannya sebagai “jantungnya bisnis dan jiwanya perusahaan.”

Jumlah karyawan yang berjumlah 35,000 perusahaan di seluruh dunia, tidak cukup untuk membuat proses inovasi pengembangan produk berjalan dengan mudah. Mereka pun sadar bahwa untuk menciptakan nilai tambah bagi seluruh stakeholders-nya, proses inovasi harus melibatkan pihak yang lebih banyak. Maka dari itu mereka masuk dengan membuat platform di dunia online dan offline, untuk berkolaborasi menciptakan produk co-creation yang melibati pelanggan, mulai dari pasien, dokter, penyedia klinik, periset, dan penyedia jasa rumah sakit, yang kesemuanya disentralisir lewat inisiatif e.Lilly.

Inisiatif e.Lilly, yang diluncurkan pada akhir tahun 1990an, ini ditujukan untuk menciptakan fasilitas baru untuk menghubungkan pasien, dokter, dan karyawan di dalam. Pada dasarnya perusahaan asal Indianapolis ini percaya bahwa jika mereka saling terhubung, maka masalah inovasi setidaknya bisa dipecahkan secara kreatif.

Ada dua hal yang diharapkan dari inisiatif ini; untuk menelurkan produk obat baru, dan menciptakan solusi baru untuk masalah pasien. Dan untuk ini, inisiatif open innovation ini dilakukan oleh Eli Lilly di dua tahapan pertama proses pengembangan produk (yang konsepnya sudah kami ceritakan kemarin), dari peneluran ide sampai design dan testing produk.

Peneluran ide dilakukan secara outside-in, di mana proses mencari dan menggali insights betul-betul dilakukan dengan terjun langsung ke pasien, mulai dari mereka yang bermasalah dengan depresi, kelainan otak, kanker, osteoporosis, dan lain sebagainya, dapat dipecahkan secara bersama. Untuk ini Eli Lilly mengundang dan mengkomunitaskan mereka ke dalam forum-forum, program edukasi, dan berbagai platform online yang dibentuk (contohnya www.lillywomenshealth.com) supaya dapat mempelajari secara langsung permasalahan yang mereka alami dan saling berbagi nasihat. Hal tersebut tentunya sangat berguna untuk menggali hasrat dan kegelisahan yang dialami oleh pasien, yang sekiranya dapat membantu Eli Lilly untuk menciptakan solusi baru untuk pasien.

Membangun InnoCentive

Satu hal yang sering menjadi masalah di industri ini adalah pada saat masuk ke tahapan design dan testing, di mana proses pembuatan obatnya sangat mahal dan makan waktu. Untuk ini, apa yang dilakukan di Eli Lilly adalah meng-outsource aktivitas penelitian dan pengembangannya ke expert dan tim ilmuwan yang ada di luar perusahaan. Bagaimana caranya? Lewat pembangunan platform bernama InnoCentive (yang artinya innovation dan incentive). Sejak akhir 1990an, Eli Lilly membangun bisnis baru ini untuk menghubungkan mereka yang mencari solusi (seeker) dengan mereka yang bisa memberikan solusi (solver). Di platform InnoCentive ini pada akhirnya Eli Lilly dapat menghemat dan dapat menjalankan mekanisme proses pengembangan produknya dengan lebih cepat. Karena dengan adanya platform penghubung seperti ini, perusahaan tersebut dapat masuk ke komunitas para ilmuwan dan expert yang bisa memberikan solusi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com