Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penilaian Aset Inalum Harus Independen

Kompas.com - 11/06/2010, 15:21 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Penilaian aset PT Inalum di Asahan, Sumetare Utara sebaiknya dilakukan oleh tim penilai independen, meskipun pemerintah memiliki kapasitas untuk melakukan penilaian sendiri. Pegawai negeri sipil yang mampu melakukan penilaian aset Inalum terkumpul di Kementerian Keuangan, yakni di Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.

"Kami memang memiliki penilai yang berkualitas, namun aset Inalum itu tergolong proyek yang sangat besar. Jadi, sebaiknya penilaian aset Inalum dilakukan oleh penilai independen, bukan kami," ungkap Dirjen Kekayaan Negara, Hadiyanto di Jakarta, Jumat (11/6/2010).

Sebelumnya, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menegaskan, mulai 2013, Indonesia harus menjadi pemilik utama dari kawasan terpadu yang dikelola Otorita Asahan dan 12 perusahaan asal Jepang . Ada dua opsi, pertama, pengelolaan PLTA Siguragura dan pabrik penghas il alumunium akan diserahkan kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Kedua, dikerjasamakan dengan pihak Jepang namun dengan kepemilikan dominan ada di pemerintah Indonesia.

Saat ini, PLTA di kawasan Asahan tersebut memiliki kapasitas daya sekitar 617 megawatt yang mampu memberikan dukungan energi pada pabrik pengolahan alumunium Inalum. Saat ini, seluruh alumunium yang dihasilkan di kawasan tersebut diekspor langsung ke Jepang. Namun, mulai 2013, Indonesia akan memegang keputusan utama dalam perdagangan alumunium tersebut.

"Jika memang diperlukan, alumunium itu hanya dikhususkan untuk memasok kebutuhan dalam negeri," tutur Hatta Rajasa. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Apresiasi Karyawan Tingkatkan Keamanan dan Kenyamanan di Lingkungan Kerja

Apresiasi Karyawan Tingkatkan Keamanan dan Kenyamanan di Lingkungan Kerja

Whats New
Potensi Devisa Haji dan Umrah Capai Rp 200 Triliun, Menag Konsultasi dengan Sri Mulyani

Potensi Devisa Haji dan Umrah Capai Rp 200 Triliun, Menag Konsultasi dengan Sri Mulyani

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 68 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 68 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Whats New
MARK Tambah Jajaran Direksi dan Umumkan Pembagian Dividen

MARK Tambah Jajaran Direksi dan Umumkan Pembagian Dividen

Whats New
Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Whats New
Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Whats New
Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Whats New
Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Whats New
Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Whats New
9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

Whats New
Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Whats New
OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

Whats New
Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan 'Buyback' Saham

Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan "Buyback" Saham

Whats New
Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Whats New
60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com