Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemdag Protes jika Alasan Tak Kuat

Kompas.com - 11/10/2010, 15:32 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pelaksana Harian (Plh) Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Deddy Shaleh, menyatakan akan melakukan protes jika penolakan mi instan dari Indonesia di Taiwan tidak memiliki alasan kuat sesuai dengan aturan perdagangan.

"Kalau tidak sesuai, maka akan kami protes," ucap Deddy di sela-sela rapat kerja dengan anggota Komisi VI DPR RI, Senin (11/10/2010). Deddy menjelaskan, pihaknya belum mengantongi kebenaran dari informasi penolakan Taiwan itu. "Nanti kami akan klarifikasi dulu dari badan otoritas yang ada di Taiwan, seperti apa tuduhan tersebut," tambah Deddy.

Namun, jika produk Indonesia melakukan pelanggaran, maka Kemdag akan meminta jenis pelanggaran tersebut dikonfirmasi lagi dengan produsen. Pelanggaran bisa saja dilakukan ketika produk sudah sampai di tujuan, bukan yang ada di pabrik.

"Bisa saja produk itu dikasih stiker yang ditempelkan kemudian dinilai melanggar," ucap Deddy. Saat ini, pihaknya masih menunggu informasi rinci dari Kantor Dagang Ekonomi Indonesia (KDEI) di Taiwan.

Deddy menyebutkan, penolakan terhadap produk makanan di sebuah negara merupakan hal yang biasa karena tergantung dari standar mutu dan kesehatan dari negara ekspor yang dituju. Menurutnya, masalah serupa sering terjadi ketika produk makanan Indonesia masuk ke Australia karena mengandung bahan kimia yang tidak diperbolehkan.

Sementara itu, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) selaku produsen sudah mengklarifikasi pernyataan adanya penggunaan bahan pengawet seperti yang dituduhkan. Menurut Indofood, semua produk mi instan yang diekspor ke Taiwan telah memenuhi aturan standar keamanan makanan di sana dan meyakini bahwa produk yang dirazia bukan Indomie yang ditujukan untuk pasar Taiwan.(KONTAN/Asnil Bambani Amri)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com