Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI Akan Mengatur Bisnis Gadai Emas

Kompas.com - 25/08/2011, 11:54 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Seiring dengan melesatnya harga emas, bisnis yang terkait dengan logam berharga ini juga ikut menggeliat. Salah satunya adalah gadai emas. Namun, pagi-pagi Bank Indonesia menangkap potensi bubble di bisnis gadai emas bank syariah. Otoritas perbankan itu menilai, jika kondisi ini tak dikendalikan, dan harga emas merosot, bank syariah bisa terseret dalam masalah besar.

Bisnis gadai meningkat pesat seiring dengan melonjaknya harga emas beberapa tahun terakhir. Pekan ini, harga logam mulia tersebut menembus 1.900 dollar AS per troy ounce, tumbuh 34 persen sepanjang 2011. Kemilau ini merangsang masyarakat berinvestasi di emas dengan berbagai cara, termasuk memanfaatkan fasilitas bank syariah. Skemanya adalah berutang (pembiayaan) dan gadai berjenjang atau berkebun emas.

Menurut pengamatan BI dan Dewan Syariah Nasional (DSN), pembiayaan bank syariah kini lebih banyak di gadai emas. Bahkan, ada beberapa bank yang porsi gadainya mencapai 80 persen dari pembiayaan.

BI khawatir, gelembung ini pecah. Ketika harga emas turun, bank syariah rentan menghadapi gagal bayar. Maklum, pada saat seperti itu, nasabah cenderung membiarkan bank menjual agunan tersebut ketimbang menebus. Bank lalu kehilangan pendapatan dari biaya titip, margin, dan penurunan harga emas. "Jika harga emas anjlok, margin bank tak cukup menutupi kerugian," kata Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah.

Nasabah yang mengemplang bakal merugi. Uang gadai hanya 70-80 persen dari harga emas. Meski demikian, hal itu masih lebih baik ketimbang menebus ketika harga turun. Belum lagi biaya titip. Yang membeli emas dengan cara kredit lebih apes.

Bertolak dari kekhawatiran inilah, BI ingin mengatur bisnis emas bank syariah. Regulasi ini penting untuk melindungi industri dari kerugian. "Kami akan mendiskusikan ini dengan DSN," kata Halim. Ia enggan berkomentar banyak karena masih kajian.

Hasanuddin, Wakil Sekretaris DSN, lebih berani mengungkapkan calon regulasi BI tersebut. Menurut dia, bank sentral akan mematok portofolio gadai emas sebesar 30 persen dari total pembiayaan.

BI perlu mengatur bisnis ini lantaran gadai emas tak lagi untuk memenuhi likuiditas nasabah, tetapi spekulasi. Ini melenceng dari prinsip syariah. "Uangnya di situ-situ saja, tidak berdampak ke ekonomi," katanya.

Direktur Bisnis BRI Syariah Ari Purwandono menilai, wajar masyarakat berduyun-duyun menukar dollar AS, euro, atau investasi lain ke emas. Di tengah ketidakpastian global, emas merupakan instrumen investasi paling aman. Permintaan meningkat, jadi wajar saja harga emas naik. Menurut dia, emas yang dikoleksi masyarakat saat ini bukan untuk berspekulasi, melainkan investasi. "Tak ada kecenderungan bubble," ujar Ari.

Sementara, Kepala UUS Danamon Syariah, D. Prayudha Moelyo, berharap bank bersikap proaktif memitigasi risiko dari bahaya ini. Misalnya, menurunkan loan to value (LTV) gadai emas, atau lebih selektif menyeleksi debitur. "Debitur yang menggadai berulang-ulang perlu diblacklist dulu,” katanya.

Kekhawatiran BI cukup beralasan. Kemarin, harga emas yang melonjak tajam tiba-tiba melorot. Penurunannya pun tak tanggung-tanggung. Harga si kuning anjlok lebih dari 5 persen dalam dua hari, menghapus rekor yang pernah di capai yaitu 1.917,90 dollar AS per ounce.

Begitu juga dengan harga logam mulia Antam. Harga emas batangan sudah melorot menjadi Rp 492.000 per gram pada Kamis (25/8/2011). Sementara, sehari sebelumnya, harga emas batangan Antam sebesar Rp 516.000 per gram. Dengan catatan, jika Anda menjual emas batangan maka harga yang dipakai sebesar Rp 477.000 per gram. (Nurul Kolbi, Mona Tobing, Nina Dwiantika/Kontan)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

    Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

    Spend Smart
    Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

    Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

    Whats New
    Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

    Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

    Whats New
    Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

    Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

    Whats New
    Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

    Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

    Whats New
    Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

    Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

    Whats New
    Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

    Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

    Whats New
    Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

    Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

    Whats New
    Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

    Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

    Whats New
    Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

    Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

    Whats New
    Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

    Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

    Work Smart
    Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

    Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

    Whats New
    Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

    Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

    Whats New
    BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

    BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

    Whats New
    Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

    Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com