Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Kuli Panggul, Sumarna Jadi Juragan Cabai Beromzet Miliaran

Kompas.com - 16/02/2012, 05:10 WIB

KOMPAS.com — Dari kuli panggul sayur-mayur di Pasar Senen, Sumarna banyak belajar tentang berbisnis sayur. Dari sana pula dia mencoba peruntungan dengan berani membuka lapak sayur sendiri. Dari cabai, omzet Sumarna kini Rp 3 miliar per bulan.

Tidak pernah ada yang menyangka jika lelaki paruh baya bernama Sumarna, pemilik kios di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, itu seorang pebisnis ulung beromzet miliaran rupiah. Bisnisnya sih hanya dari berdagang cabai dan sayuran di Pasar Induk. Namun, jangan salah, dari bisnis ini ratusan juta rupiah saban hari mengalir ke kantong Sumarna.

Dari kios kecilnya yang ia beri nama Murah Rezeki, Sumarna mampu menjual 1,5 ton cabai merah, 2,5 ton cabai rawit, dan 6 ton bawang per hari. Saat ini harga cabai merah sekitar Rp 25.000 per kilogram (kg), cabai rawit Rp 12.000 per kg, dan tomat Rp 4.500 per kg.

Dari penjualan itu, kini omzet yang dikantongi Sumarna setiap hari mencapai Rp 107 juta atau sekitar Rp 3 miliar per bulan. Dari situ, ia mengaku mendapatkan laba bersih 5 persen-10 persen. "Saya ambil untung bersih dari tomat bisa Rp 500 per kg, dan cabai sekitar Rp 1.000 per kg hingga Rp 2.000 per kg," ujarnya.

Tak mudah bagi Sumarna membesarkan usahanya itu. Sudah puluhan tahun, ia merintis bisnis ini hingga sebesar sekarang. Semua ini bermula pada awal tahun 1960-an, saat Sumarna merantau dari kampungnya di Serang, Banten, ke Jakarta. Tanpa bekal, ia merantau ke Jakarta. Pilihannya, bekerja serabutan.

Selain menjadi pelayan, ia juga sekaligus menjadi kuli panggul sayuran di Pasar Senen, Jakarta Pusat. Lima tahun pekerjaan ini ia lakoni. Meski penghasilan mepet, Sumarna pandai menabung. Maklum, ia bertekad tidak mau seterusnya menggantungkan hidup sebagai kuli panggul. Merasa tabungannya cukup, Sumarna pun berani membuka lapak sendiri dengan memilih berdagang cabai.

Sumarna mengatakan, pekerjaan sebagai pelayan dan kuli panggul sangat membantunya ketika merintis bisnis ini. Dari sana, ia belajar memperoleh pasokan, dan menjalin relasi dengan pembeli dan pengepul sayur-mayur. Perlahan, usaha berdagang cabai Sumarna mulai berkembang. Setelah lima tahun berdagang di Pasar Senen, sekitar tahun 1970, Sumarna memutuskan pindah lapak ke Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur.

Di tempat baru, Sumarna merintis usaha dari nol lagi. "Waktu saya buka di sana, modal saya hanya keberanian, kejujuran, serta kepercayaan dari pelanggan maupun pemasok barang," kata pria yang telah dikaruniai empat anak dan enam cucu ini.

Namun, berkat pergaulannya yang luwes, terutama dengan para pemasok dan pembeli, bisnis Sumarna terus membesar. Saat ini pasokan cabai, tomat, dan bawang ia peroleh dari Garut, Sukabumi, Padang, serta Bengkulu. Ia pun kini menjadi langganan tetap para pedagang berbagai pasar tradisional di Jakarta dan sekitarnya.

Dari berdagang cabai, Sumarna memiliki empat kios di Blok H Pasar Induk Kramat Jati. Satu kios ia gunakan sendiri untuk berdagang, sisanya disewakan ke pedagang lain. "Satu kios saya sewakan Rp 2 juta per bulan," imbuhnya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com