Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut DPRD DKI, "Deep Tunnel" Jokowi Tak Jelas

Kompas.com - 11/01/2013, 09:00 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Triwisaksana menilai, proyek deep tunnel alias terowongan multifungsi yang digagas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo tidak memiliki perencanaan strategi yang jelas. Hal itu, menurut dia, menjadi kelemahan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam menentukan program kerja.

"Mau Pak Jokowi bilang proyek deep tunnel bukan hasil dari wangsit gorong-gorong, tetap saja seharusnya dalam menentukan proyek itu harus dengan strategic planning yang jelas," kata Triwisaksana, yang biasa disapa Sani, di Gedung DPRD DKI Jakarta, Kamis (10/1/2013).

Selain itu, kata Sani, seharusnya Pemprov DKI juga mengacu pada Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2013-2017. Joko Widodo (Jokowi) sendiri menjanjikan proyek deep tunnel akan dimasukkan dalam RTRW 2011-2030, RPJMD 2013-2017 yang kemudian dimasukkan dalam revisi tambahan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR).

Jokowi juga menyatakan tengah merancang payung hukum deep tunnel. Menurut Sani, Jokowi seharusnya tidak dengan mudah memasukkan suatu proyek besar dalam RPJMD 2013-2017. "Enggak bisa dadakan untuk main masukin saja ke RPJMD. Ini ngurus kota lho, bukan ngurus halaman rumah. Harus ada kajian yang matang," kata Sani.

Ia mengimbau agar proyek tersebut dikaji lebih dalam sehingga proyek tersebut memiliki konsep yang jelas dan dieksekusi dengan tepat. "Buat apa inisiasi, Jokowi saja sampai sekarang masih bingung. Nantilah kalau memang kajiannya sudah jelas, baru kami bahas. Sampai saat ini, DPRD juga belum mendapatkan penjelasan soal deep tunnel," ujarnya.

Politisi PKS ini juga menyayangkan keputusan Jokowi yang tidak mengadakan uji publik untuk megaproyek ini, seperti halnya untuk proyek mass rapid transport (MRT). "Kenapa pada saat pemaparan MRT terbuka, beliau mengundang warga? Tetapi untuk pemaparan deep tunnel, monorelm enggak pernah ada. Ini, kan, menjadi pertanyaan bagi warga juga," paparnya.

Sebelumnya, Jokowi mengatakan bahwa Jakarta membutuhkan saluran raksasa di dalam tanah atau disebut sebagai deep tunnel. Terowongan ini dibutuhkan untuk mengatasi persoalan banjir yang berimbas pada kemacetan parah. Menurut Jokowi, deep tunnel nantinya bisa berfungsi untuk beragam kepentingan. Selain sebagai saluran air raksasa pada saat banjir, di saat yang lain juga bisa sebagai sarana transportasi.

Deep tunnel yang dimaksud mirip dengan konsep smart tunnel yang ada di Kuala Lumpur. Rencananya, deep tunnel akan membentang dari MT Haryono sampai Pluit. Selain dapat untuk mengantisipasi banjir, deep tunnel juga dapat digunakan sebagai tol, fiber optik, menyalurkan air, transportasi kendaraan, jalur utilitas PLN, gas, telepon, dan sebagainya.

Megaproyek ini diprediksi bernilai Rp 16 triliun dan akan didanai oleh investor. Diameter deep tunnel itu selebar lebih kurang 16 meter. Jokowi menargetkan megaproyek tersebut dapat diselesaikan lebih kurang empat tahun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

    Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

    Whats New
    Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

    Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

    Whats New
    Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

    Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

    Whats New
    Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

    Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

    Whats New
    Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

    Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

    Whats New
    Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

    Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

    Whats New
    Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

    Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

    Whats New
    Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

    Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

    Work Smart
    Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

    Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

    Whats New
    Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

    Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

    Whats New
    Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

    Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

    Whats New
    Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

    Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

    Whats New
    Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

    Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

    Whats New
    KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

    KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

    Whats New
    Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

    Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com