Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Defisit Neraca Perdagangan, Tahun Ini Harga BBM Harus Naik

Kompas.com - 11/01/2013, 22:43 WIB
Didik Purwanto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Harga bahan bakar minyak (BBM) disarankan naik. Hal itu untuk mengantisipasi neraca perdagangan Indonesia yang terus defisit.

Ekonom Standard Chartered Bank Fauzi Ichsan menilai defisit neraca perdagangan Indonesia tidak akan sebesar saat ini bila pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) segera menaikkan harga BBM.

"Kalau harga BBM naik sejak April 2012, neraca perdagangan Indonesia tidak akan defisit seperti saat ini. Apalagi impor migas kita juga besar. Otomatis ini akan menambah defisit neraca perdagangan kita," kata Fauzi saat konferensi pers di Hotel Mandarin Jakarta, Jumat (11/1/2013).

Menurut Fauzi, dalam Undang-undang APBN 2013, pemerintah memang bisa sewaktu-waktu menaikkan harga BBM jika kuota BBM bersubsidi jebol lagi. Tahun ini kuota BBM bersubsidi di level 46 juta kl.

Kendati demikian, Fauzi menginginkan agar pemerintah segera menaikkan harga BBM. Hal itu untuk mengantisipasi neraca perdagangan yang terus defisit. Apalagi harga komoditas saat ini juga terus anjlok dan masih mempengaruhi ekspor Indonesia.

"Untuk menekan defisit, satu-satunya cara cuma menaikkan harga BBM di tahun 2013 atau 2015. Soalnya kalau tahun 2014, itu tahun pemilu. Ini agak susah," tambahnya.

Pada tahun 2013 dan 2015, pemerintah dinilai masih memiliki fleksibilitas untuk bisa menaikkan harga BBM. Apalagi dari pernyataan beberapa pejabat, harga BBM memang diindikasikan untuk dinaikkan.

"Bahkan meski harga BBM dinaikkan dari Rp 4.500 menjadi Rp 6.000, neraca perdagangan kita juga masih defisit, namun memang tidak akan setinggi di 2012," tambahnya.

Hal ini disebabkan ekspor Indonesia masih akan jatuh karena sekitar 65 persen ekspor Indonesia cenderung dari komoditas. Di sisi lain, harga komoditas juga anjlok sehingga menyebabkan neraca perdagangan jeblok.

Ditambah lagi, impor Indonesia mayoritas juga dari sektor migas. Hal ini akan semakin menekan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing di dunia. Padahal Rupiah seharusnya sesuai fundamentalnya justru menguat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Whats New
Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Rilis
IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

Whats New
Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Whats New
Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Whats New
Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Whats New
Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Whats New
Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Whats New
4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

Spend Smart
Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com