Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Deddy Mengukir Duit dari Kaus Bocah Berslogan Unik

Kompas.com - 01/06/2013, 21:21 WIB

KOMPAS.com - Bisnis yang menyasar anak-anak memang menjanjikan. Itulah yang dialami Deddy Satriawan perintis bisnis pakaian anak bermerek Just For Kids. Meski baru mengawali bisnisnya di tahun 2009, Deddy mampu mengantongi omzet ratusan juta.

Dunia anak membuka jalan bagi Deddy Satriawan menjadi pengusaha di bidang fashion. Siapa sangka, mantan atlet basket ini sukses mencetak rupiah dari penjualan kaus bocah yang unik. Slogan-slogan seperti: My Daddy is Rich; sweet like candy; i want i cry i get; mom like me, i love daddy’s money; dan aneka slogan menggelitik lainnya yang tertera di kaus bocah mampu menarik minat pembeli. Kaus berslogan karya Deddy itu diberi label Just For Kids.

Dengan kaus berslogan ini, lelaki kelahiran Padang, 18 April 1979, tersebut mampu mereguk omzet Rp 600 juta hingga Rp 700 juta per bulan. Jumlah pakaian yang terjual sekitar 5.000 potong hingga 7.000 potong per bulan.

Sejak merintis bisnis pakaian anak di tahun 2009 hingga saat ini, Deddy sudah memiliki lima toko pakaian anak bermerek Just For Kids. Lokasinya tersebar di ITC Kuningan, Pondok Indah Mall, MM Bekasi, Mall of Indonesia Kelapa Gading, dan di kota Casablanca. “Sejak awal berbisnis, saya memang sudah memiliki target market sendiri, yaitu anak-anak dengan segmen pembeli C dan B plus,” tutur lelaki dengan tubuh jangkung ini.

Sebelum sukses dengan merek sendiri, sejatinya lelaki yang pernah berlaga di Kompetisi Bola Basket Utama (Kobatama) ini sempat berjualan pakaian impor. “Justru awalnya, saya buka toko di ITC Kuningan, jualan pakaian khusus dewasa. Kulakan di Bangkok,” kenang bapak tiga anak ini. Modal yang dikeluarkan Deddy ketika mengawali bisnis ini pada 2006 sekitar Rp 40 juta.

Bisnis pakaian dipilih Deddy karena dia sangat menyukai dunia fashion. “Saya tidak bisa menjahit, tapi suka desain,” ujar suami dari Rani Safitri ini. Sebelum memutuskan berbisnis, Deddy sempat bekerja account executive di sebuah perusahaan periklanan. Siang kerja, malam kuliah di Perbanas. Sebelum kuliah di Perbanas, Deddy sempat kuliah di jurusan studi bisnis internasional Universitas Padjadjaran, Bandung.

Sebelum berstatus wirausaha, Deddy bekerja di perusahaan iklan selama lima tahun. Karena dorongan sang ayah, Deddy memutuskan untuk keluar kerja dan memulai usaha. Semula Deddy berat meninggalkan pekerjaan. Maklum, dia sudah memiliki jabatan sebagai account manager dengan penghasilan Rp 5 juta per bulan, kala itu. “Dengan tabungan selama kerja, saya putuskan untuk berdagang pakaian dewasa yang limited,” kenang dia.

Belum setahun menjalankan bisnis, Deddy harus dihadapkan dengan persaingan yang semakin ketat. Kala itu tiket penerbangan ke Bangkok semakin terjangkau, banyak orang Indonesia yang memilih belanja langsung ke Negeri Gajah Putih itu. Alhasil, penjualan pakaian Deddy, yang memang diimpor dari Bangkok, mulai turun.

Dari pengalaman itu, lelaki yang murah senyum ini tidak putus asa. Justru terbetik niatnya membuat merek baju sendiri. Usaha ini cukup berhasil. Deddy sampai memiliki lima brand pakaian yang semuanya khusus dewasa. “Sampai pada tahun 2009 saya kesulitan mencari pakaian yang trendi untuk anak. Kalau pun ada, harganya mahal-mahal,” kata dia.

Deddy pun mencoba membuat pakaian anak dan dilabeli Just For Kids. Ternyata respons pasar bagus. Dari kaus, produk yang dijual bertambah. Ada celana, topi, dan sepatu anak. “Awalnya kami produksi dari hulu hingga hilir. Karena penjualan meningkat, kami kewalahan. Akhirnya untuk jahit dan sablon kami bekerja sama dengan rekanan,” tutur Deddy.

Harus bersabar

Untuk meningkatkan penjualan, Deddy mencoba menambah toko. “Agar membuka toko di mal ternyata tidak mudah. Saya bahkan harus menunggu selama satu tahun sebelum bisa masuk ke mal,” katanya.

Ada satu mal incaran yang hingga kini masih belum bisa ditembus Deddy. Padahal Deddy sudah menunggu selama dua tahun. Deddy bilang, dalam proses waiting list untuk masuk ke pusat-pusat perbelanjaan, dia aktif mengikuti bazar. Dari situlah merek Just For Kids makin terkerek.

Deddy menyadari, produk fashion sangat mudah ditiru pesaing. Namun, menurut dia, itu bukan hambatan utama di bisnis ini. “Kuncinya, brand kita kuat dan dengan desain yang tidak monoton. Sehingga tidak mudah ditiru,” tandasnya.

Deddy yang saat ini sudah memiliki 80 karyawan tidak mau berpuas diri dengan pencapaiannya di bisnis pakaian anak. Tahun 2012 dia juga memproduksi pakaian dewasa berslogan dengan label Typoerror. Hasilnya juga luar biasanya, dalam sebulan Typoerror bisa menghasilkan omzet Rp 600 juta.

“Just For Kids dan Typo-error memiliki toko sendiri-sendiri. Jika ditotal sekarang ada 11 toko,” katanya.

Tahun ini Deddy merambah bisnis kerajinan. Aneka kerajinan yang dijual Deddy akan berlabel Stripe. Produk yang dijual antara lain tas, dompet, wadah gadget dan produk lainnya yang didesain sangat unik. “Dunia saya seperti memang di dunia fashion. Soalnya dulu sempat mau buka usaha kuliner, tapi gagal,” tutur dia.  (Fransiska Firlana/Kontan)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Era Suku Bunga Tinggi, Jago Syariah Buka Kemungkinan Penyesuaian Bagi Hasil Deposito

Era Suku Bunga Tinggi, Jago Syariah Buka Kemungkinan Penyesuaian Bagi Hasil Deposito

Whats New
Bank Neo Commerce Tunjuk Eri Budiono Jadi Dirut Baru

Bank Neo Commerce Tunjuk Eri Budiono Jadi Dirut Baru

Whats New
Soal Laba Bank, Ekonom: Masih Tumbuh di Bawah 5 Persen Sudah Sangat Baik

Soal Laba Bank, Ekonom: Masih Tumbuh di Bawah 5 Persen Sudah Sangat Baik

Whats New
Menperin Bantah Investasi Apple di Indonesia Batal

Menperin Bantah Investasi Apple di Indonesia Batal

Whats New
Jago Syariah Jajaki Kerja Sama dengan Fintech Lending

Jago Syariah Jajaki Kerja Sama dengan Fintech Lending

Whats New
Kolaborasi Es Krim Aice dan Teguk, Total Investasi Rp 700 Miliar

Kolaborasi Es Krim Aice dan Teguk, Total Investasi Rp 700 Miliar

Whats New
OJK: Pendapatan Premi di Sektor Asuransi Capai Rp 87,53 Triliun Per Maret 2024

OJK: Pendapatan Premi di Sektor Asuransi Capai Rp 87,53 Triliun Per Maret 2024

Whats New
Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 67

Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 67

Whats New
Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Mendag Minta Jastiper Patuhi Aturan

Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Mendag Minta Jastiper Patuhi Aturan

Whats New
Pasca-Lebaran, Kereta Cepat Whoosh Jadi 48 Perjalanan dengan Tarif mulai Rp 150.000

Pasca-Lebaran, Kereta Cepat Whoosh Jadi 48 Perjalanan dengan Tarif mulai Rp 150.000

Whats New
Bagaimana Aturan Perlintasan Kereta Api di Indonesia? Ini Penjelasan KAI

Bagaimana Aturan Perlintasan Kereta Api di Indonesia? Ini Penjelasan KAI

Whats New
Penempatan di IKN, Pemerintah Buka Formasi 14.114 CPNS dan 57.529 PPPK

Penempatan di IKN, Pemerintah Buka Formasi 14.114 CPNS dan 57.529 PPPK

Whats New
Daftar 8 Instansi yang Buka Lowongan CPNS 2024 Lewat Sekolah Kedinasan

Daftar 8 Instansi yang Buka Lowongan CPNS 2024 Lewat Sekolah Kedinasan

Whats New
Harga Emas Terbaru 4 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 4 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Mendag Sebut Rumah Potong Hewan Wajib Punya Sertifikat Halal Oktober 2024

Mendag Sebut Rumah Potong Hewan Wajib Punya Sertifikat Halal Oktober 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com