Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Australia Terus Diserang

Kompas.com - 13/06/2013, 03:03 WIB

BRISBANE, KOMPAS - Pemerintah Australia hingga Rabu (12/6) terus diserang sejumlah kalangan setelah memutuskan tidak mengangkat 13 jenazah pencari suaka yang menjadi korban perahu terbalik di Samudra Hindia, pekan lalu.

Tajuk rencana surat kabar West Australian edisi Rabu menyatakan, membiarkan jenazah- jenazah itu terapung di Samudra Hindia adalah sesuatu yang sulit diterima. Demikian dilaporkan koresponden Kompas, Harry Bhaskara, dari Brisbane, Australia.

”Sama sulitnya menerima kenyataan bahwa mereka yang gagal mencapai daratan kita minggu lalu sebenarnya sudah dekat sekali ke tempat di mana mereka bisa mencari perlindungan dari ancaman yang mereka hindari di tempat asalnya, tetapi mereka begitu jauh dari selamat,” ungkap tajuk rencana itu.

Dalam artikelnya yang dimuat harian The Guardian Australia, Selasa, pengacara bidang keadilan sosial, Elizabeth O’Shea, mempertanyakan, andai para korban itu adalah penumpang kapal mewah, apakah mereka juga tidak diangkat?

Alasan aparat Australia meninggalkan para jenazah korban itu di laut karena Komando Perlindungan Perbatasan mendapat tugas menyelamatkan pencari suaka yang masih hidup di perahu lain.

Perdana Menteri Australia Julia Gillard, Selasa, membela keputusan itu. Gillard mengatakan, aparat berkonsentrasi untuk menyelamatkan yang masih hidup.

O’Shea membandingkan tragedi ini dengan peristiwa kapal MS St Louis yang pada tahun 1939 membawa 938 pengungsi Yahudi melarikan diri dari Jerman. Kapal itu ditolak merapat di Kuba dan Amerika, akhirnya kembali ke Eropa.

Para pengungsi tersebut kemudian dibagi-bagi ke beberapa negara dan 254 orang di antaranya tewas dalam peristiwa Holocaust.

O’Shea juga menyindir kegaduhan yang selalu terjadi di Australia setiap ada kasus terkait pencari suaka itu. Menurut dia, dampak pengungsi pada masyarakat Australia sangat kecil.

Mereka hanya dua persen dari seluruh imigran yang datang. Jumlah pengungsi dan pencari suaka yang diterima Australia juga jauh lebih kecil dibandingkan negara-negara maju lainnya. Menurut O’Shea, Australia berada di urutan ke-41 dalam jumlah penerimaan imigran menurut data tahun 2007, di belakang AS, Jerman, dan Inggris.

Perdebatan mengenai pencari suaka menjadi komoditas politik yang panas menjelang pemilu Australia, September mendatang.

Awal bulan ini, menteri luar negeri bayangan dari pihak oposisi, Julia Bishop, mengatakan, kubu oposisi sudah berunding dengan pihak Indonesia untuk memulangkan perahu pencari suaka yang merapat ke Australia.

Padahal, sebelum itu, Duta Besar RI untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema, mengatakan, memulangkan kembali perahu pencari suaka ke Indonesia adalah sesuatu yang tak mungkin dilakukan karena Indonesia bukan negeri asal para pencari suaka itu, dan Indonesia sendiri adalah korban dari jaringan perdagangan manusia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Whats New
Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Whats New
Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com