Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pencaplokan TelkomVision oleh CT Corp Dipersoalkan

Kompas.com - 15/06/2013, 15:10 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Langkah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) menjual anak usahanya, TelkomVision,  kepada CT Corp mulai dipersoalkan. Penjualan ini dinilai tidak memiliki urgensi terhadap kinerja BUMN tersebut.

"Apa alasan strategis Telkom menjual TelkomVision? Tidak ada alasan sama sekali!" tegas ekonom Sustainable Development Indonesia, Drajad H Wibowo, Sabtu (15/6/2013). Justru, kata dia, dengan menjual TelkomVision, perusahaan telekomunikasi itu kehilangan kesempatan bisnis yang menjadi andalan di masa depan.

"Jika Telkom membutuhkan likuiditas, dia dapat meraih dana dari pasar dengan mudah. Apalagi hanya 100 juta dollar AS lebih. Satu obligasi korporasi sudah cukup dan akan diburu investor," ujar Dradjad. Menurut Drajad, jika Telkom ingin memperbaiki governance TelkomVision, hal itu bisa dilakukan dengan cara mengganti direksi, meningkatkan kinerja komisaris, meningkatkan pengawasan atau masuk ke pasar modal.

Sementara itu terkait dengan konten, menurut Drajad, pelanggan TV berbayar adalah segmen menengah dan atas (segmen A dan B). Segmen ini, kata dia, berlangganan bukan untuk mencari konten lokal. "Di sisi lain, TransCorp milik Chairul Tanjung, lebih banyak terlibat dalam konten lokal yang lebih cocok untuk FTA (free-to-air). Padahal TelkomVision sendiri sudah mampu menyediakan konten yang cocok dengan segmen TV berbayar," jelasnya.

Drajad mengaku bahwa dia sudah melakukan konfirmasi ke beberapa pejabat negara terkait. Para pejabat yang dihubungi umumnya menjawab tidak ikut-ikutan atau tidak tahu menahu. Mereka juga tidak yakin jika Presiden SBY tahu dan atau merestui pencaplokan ini.

"Perlu dicatat, TIDAK SEMUA pelaku usaha televisi, baik FTA maupun TV berbayar, diundang mengikuti tender," ungkap Dradjad. Dia pun berpendapat kedekatan CT dengan Presiden bisa menimbulkan gosip politik yang merugikan Presiden.

"Misalkan, pencaplokan ini digosipkan untuk menggalang dana kampanye. Karena, terdapat potensi capital gain yang sangat besar jika TelkomVision di-IPO-kan pada akhir 2013 atau awal 2014 setelah dicaplok," jelas Drajad.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mata Uang Polandia Bukan Euro Meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Mata Uang Polandia Bukan Euro Meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Whats New
Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Whats New
Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani:

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani:

Whats New
Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Whats New
Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Whats New
BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

Whats New
Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Whats New
Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Whats New
ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

Whats New
KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

Whats New
Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Whats New
Permintaan 'Seafood' Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Permintaan "Seafood" Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Whats New
BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Whats New
Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com