JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan mengakui susahnya Karen Agustiawan menjadi Direktur Utama PT Pertamina Persero. Bagaimana tidak, untuk mengurus BUMN perminyakan dan gas tersebut, tugasnya begitu banyak.
Dahlan menceritakan bagaimana susahnya Pertamina untuk melakukan impor minyak. Sementara itu, uang untuk mengimpor minyak tersebut masih tertahan oleh negara.
"Susah memang menjadi Dirut Pertamina. Bayangkan saja, perusahaan yang tagihannya Rp 25 triliun tidak bisa masuk. Pertamina harus keluar uang terus untuk impor minyak. Sementara, oleh negara belum dibayar," kata Dahlan saat ditemui di kantor Pertamina, Jakarta, Rabu (19/6/2013).
Dahlan menjelaskan, sebenarnya uang untuk Pertamina dari negara dalam membeli minyak tersebut sudah ada, tetapi masih tertahan di kas negara. Sementara itu, Pertamina sendiri harus segera mendistribusikan minyak ke stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) agar ketersediaan pasokan terus terjaga.
"Orang bisa marah kalau SPBU kosong. Tapi Pertamina kalau beli minyak (dari luar negeri), uangnya tidak ada. Mending untung Rp 1 triliun tapi uang ada daripada untung Rp 25 triliun tapi uang tidak ada," katanya.
Dahlan juga menceritakan bagaimana Pertamina kesusahan untuk melakukan pengeboran geotermal. Sebab, pengeboran itu memerlukan investasi yang besar.
"Itu yang banyak pengusaha tidak berani, kecuali pengusaha kuat," ujarnya.
Untuk melakukan pengeboran geotermal tersebut, Pertamina akan menggandeng perusahaan dari Jepang. Proses pemilihan perusahaan ini juga melalui proses tender.
"Karena uang Pertamina banyak yang nyangkut di pemerintah, makanya harus menggandeng partner. Sebab, akan mengganggu keuangan bila dananya terus tidak ada," ungkapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.