"Kebijakan perdagangan kita gagal total. Semua defisit itu terjadi karena impornya besar. Kita itu rakus impor karena policy-nya tidak diatur," ujar Ekonom Kadin Didik J Rachbini saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Jumat (6/9/2013).
Ia menambahkan, selama ini sejak Januari-Mei 2013, defisit neraca perdagangan Indonesia telah mencapai 2,5 miliar dollar AS. Nilai ini lebih besar dari total defisit selama 2012 yang hanya 1,65 miliar dollar AS. Defisit ini terjadi di hampir semua nehara mitra dagang. Hanya ke Singapura, Malaysia, Inggris, Amerika Serikat dan India saja yang mengalami surplus. Itupun data hingga Januari 2013.
Defisit ini, sebutnya, pertanda adanya tekanan impor karena kebijakan perdagangan yang absen.
"Padahal defisit perdagangan ini tidak pernah pada zaman pak Suharto memimpin. Ini yang harus menjadi perhatian pemerintah," tambahnya.
Ia juga menyoroti kebijakan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengenai kedelai. Sebab, bahan baku tahu dan tempe ini seharusnya bisa diproduksi dalam negeri sendiri sehingga tidak melakukan impor.
"Makanya kebijakan Menteri Perdagangan soal kedelai ini tidak beres. Tapi mengurus kedelai saja tidak beres, kok malah nyapres?" kata Didik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.