Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

APEC dan Agenda Terselubung AS-China

Kompas.com - 10/10/2013, 22:39 WIB
Didik Purwanto

Penulis

KOMPAS.com - Perhelatan konferensi negara-negara ekonomi Asia Pasifik (APEC) memang sudah berakhir. Namun awalnya, pertemuan 21 negara yang digelar di Bali ini mengundang penolakan dari berbagai pihak. Penolakan ini terkait bakal tidak ada agenda signifikan yang bisa dihasilkan dari acara selama sepekan tersebut.  Ujung-ujungnya pertemuan ini hanyalah pertemuan untuk transaksi jual beli yang mengatasnamakan negara, tanpa melibatkan kemakmuran masyarakat kecil.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofyan Wanandi semula ada dalam barisan kelompok yang tidak menyetujui ada agenda APEC ini. Menurutnya, pertemuan itu tidak perlu ada karena tidak akan ada hasil berarti terutama bagi pengusaha. Namun ternyata, Sofyan juga datang dalam perhelatan tersebut. Bahkan Sofyan datang sebelum pergelaran APEC CEO Summit yang seharusnya dihadiri juga oleh Presiden AS Barack Obama.

Sebagai Ketua Apindo,Sofyan tentu memiliki kepentingan prioritas yang mengatasnamakan pengusaha domestik. Sofyan ini bertugas untuk melobi pengusaha dari negara lain, kalau perlu kepala negaranya agar mau berkongsi dengan pengusaha domestik. Tentu hasil dari lobi-lobi tersebut tidak bisa instan dalam sehari dua hari bisa terjadi. Sebab, pengusaha masing-masing negara tentu memiliki tujuan investasi sendiri sekaligus mengamankan "agenda usaha"-nya sendiri.

Pernyataan Sofyan diatas, ternyata diamini oleh Indonesia for Global Justice (IGJ). Direktur Eksekutif IGJ Riza Damanik menilai, bahwa KTT APEC ini berpotensi memperparah perekonomian Indonesia melalui berbagai kesepakatan perdagangan bebas regional yang dipayungi oleh Bogor Goals. Dalam pandangan Riza, forum APEC ini juga ditunggangi oleh Perjanjian Perdagangan Bebas yang saat ini dalam proses negosiasi baik di dalam Trans Pacific Partnership (TPP) yang diinisiasi AS maupun ASEAN Regional Economic Comprehensive Partnership (RCEP) yang diinisiasi China.

Memang kedua negara super power tersebut sedang adu kekuatan khususnya dalam hal ekonomi. China dianggap lebih beruntung karena bisa tumbuh secara positif. Sementara AS sedang diselimuti awan shutdown pemerintahan dan krisis utang.

Riza memandang, bahwa KTT APEC telah digunakan oleh negara-negara industri, khususnya Amerika Serikat dan China, untuk semakin memperkuat pengaruhnya dalam kerjasama ekonomi kawasan baik di TPP maupun di ASEAN RCEP. Bagaimanapun, kawasan Asia Pacific merupakan potensi pasar yang besar karena populasinya mencapai hingga 40 persen dari populasi dunia, yang menguasai sebesar 55 persen GDP di dunia, dan 44 persen aktivitas perdagangan dunia berasal dari negara-negara APEC.

Oleh karena itu, Bogor Goals akan menjadi bermakna bagi pengaruh ekonomi AS dan China. Di sini, Riza menilai Bogor Goals hendak mengawinkan TPP dengan ASEAN RCEP, yang tidak semua negara di kawasan Asia Pacific tergabung ke dalamnya, melalui agenda FTAAP (Free Trade Area of the Asia Pacific). Inilah agenda terbesar di balik seluruh agenda pembahasan dalam KTT APEC di Bali tahun ini. Jadi semacam ada agenda terselubung di sini.

Dalam pengamatan Riza, agenda APEC ini juga tidak akan memberikan keuntungan bagi perdagangan Indonesia. Hal ini terbukti dengan neraca perdagangan Indonesia dengan negara-negara APEC cenderung defisit di sepanjang tahun 2012 hingga Januari-Juli 2013 yang didominasi dengan defisit di sektor non-migas.

Sementara Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo Bambang Sulisto menilai, ajang APEC merupakan ajang kumpul-kumpul 21 negara yang menginginkan ada liberalisasi perdagangan dan investasi.

Tapi karena ini sudah terjadi, maka Suryo mengharapkan para pengusaha harus pandai-pandai memanfaatkan situasi dan waspada terhadap tawaran investasi dari negara lain. Artinya, liberalisasi perdagangan ini juga tergantung Indonesia juga, para pengusaha domestiknya.

Suryo menyebut, AS yang sudah dikatakan negara paling liberal terhadap pasarnya, tentu juga akan melindungi pengusaha lokalnya. Jadi pengusaha Indonesia juga tidak secara gampang untuk masuk ke pasar negeri Paman Sam tersebut. Apalagi dengan agenda terselubung tadi, maka barang-barang Indonesia tidak akan mudah masuk ke sana.

Kembali lagi, Indonesia memang harus bisa mengambil sikap dengan adanya pertemuan tersebut. Indonesia tidak hanya dipandang sebagai potensi pasar yang besar saja tapi harus mampu berperan melindungi pengusaha lokal dan berusaha membawa pengusaha lokal ini mampu berkancah di pasar internasional.

Sehingga pemerintah bisa melindungi dari agenda terselubung AS-China yang mana produk-produk dari kedua negara super power tersebut sebenarnya sudah membanjiri pasar Indonesia. Memang Indonesia selalu jadi pasar empuk negara manapun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com