Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BRI: Skandal Diebold Sangat Menghina

Kompas.com - 07/11/2013, 11:55 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com —
Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia Sofyan Basir meminta adanya pembuktian gratifikasi pengadaan mesin anjungan tunai mandiri (ATM) milik Diebold Inc, asal Amerika Serikat, kepada empat bank badan usaha milik negara (BUMN).

Menurut Sofyan, pengiriman karyawan BRI ke pabrik Diebold mengacu undangan yang diperoleh dari perusahaan yang bersangkutan. Sofyan menilai, dana yang dikeluarkan pihak Diebold untuk itu selayaknya dana marketing yang dianggap Sofyan lumrah di dunia bisnis.

Sebab, kata Sofyan, dalam rangka memasarkan suatu produk, perusahaan bersangkutan harus mempresentasikan produk yang dijualnya. "Dibuktikan dulu itu gratifikasi atau bukan. Kalau itu undangan tertulis resmi perusahaan, apa bisa dibilang itu sebagai gratifikasi?” tekan Sofyan di Gedung Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, Rabu (6/11/2013).

Untuk itu, Sofyan menyatakan, memenuhi undangan produsen ATM bukanlah bentuk gratifikasi. Ini karena Diebold mengundang bank untuk melihat pabrik ATM, service level, dan juga pangsa pasar. "Tujuannya supaya pembeli bisa percaya dengan produk yang mereka jual. Dalam bisnis apa pun, itu sah-sah saja," terang Sofyan.

Diebold diberitakan telah mengeluarkan dana Rp 1,6 miliar selama 5 tahun untuk mengundang empat bank BUMN. Dana itulah yang dianggap gratifikasi. Namun, bagi Sofyan, dana itu bukanlah dana gratifikasi, melainkan dana marketing.

Jika diperinci per tahunnya, maka setiap bank dari empat BUMN itu akan kebagian Rp 80 juta. Menurut Sofyan, bagi bank sekaliber BRI, nilai Rp 80 juta untuk tiket pesawat itu tidaklah seberapa. "Ini mencemarkan perbankan nasional yang beraset Rp 1.300 triliun. Itu sangat menghina. Saya tidak sepakat dengan pembusukan seperti itu," tekan Sofyan.

Menurutnya, BRI mampu membiayai karyawan jika harus mengeluarkan biaya untuk berkunjung ke pabrik Diebold. Sebab, kunjungan karyawan BRI itu untuk kepentingan bank. "Kasihan betul bank BUMN jika uang sebesar Rp 80 juta menjadi masalah. Kurang ajar benar asing itu," ujar Sofyan.

Diebold melanggar UU Antikorupsi AS

Catatan saja, beberapa waktu lalu, Diebold Inc, produsen mesin ATM asal Ohio, Amerika Serikat (AS), melalui anak usahanya diduga melakukan penyuapan terhadap pejabat bank milik pemerintah di beberapa negara untuk pengadaan mesin ATM.

Putusan Securities and Exchange Commission (SEC) AS menyatakan, Diebold melanggar Undang-Undang Antikorupsi di Luar Negeri yang menyuap bank milik Pemerintah China dan Indonesia dengan wisata perjalanan guna memenangkan bisnis.

Dalam keterangan resmi Departemen Kehakiman AS, seperti dilansir kantor berita Reuters (22 Oktober 2013), SEC menyatakan bahwa Diebold setuju membayar lebih dari 48 juta dollar AS untuk menyelesaikan tuduhan SEC dan menyelesaikan masalah kriminal paralel.

Anak usaha Diebold di China dan Indonesia diduga telah menghabiskan sekitar 1,8 juta dollar AS untuk perjalanan, hiburan, dan hadiah lainnya yang tidak pantas untuk pejabat senior dari bank. Hal itu disinyalir dapat memengaruhi keputusan pembelian.

Sekitar 1,6 juta juta dollar AS atau Rp 17,45 miliar dikeluarkan untuk menyuap pejabat bank milik pemerintah guna melancarkan proyek mereka di China. Adapun untuk menyuap pejabat bank BUMN di Indonesia, perusahaan tersebut diduga mengeluarkan dana 147.000 dollar AS atau setara Rp 1,6 miliar.

Menurut tuntutan SEC yang diajukan di Pengadilan Federal di Washington DC, pelanggaran yang dilakukan Diebold terjadi pada periode 2005-2010.

Suap pejabat bank milik pemerintah di China dan Indonesia diberikan dalam bentuk perjalanan gratis ke tujuan wisata populer di AS dan Eropa. Pengeluaran Diebold tersebut dicatat dalam pembukuan dan catatan perusahaan sebagai biaya pelatihan yang sah.

Tujuan wisata perjalanan yang diberikan kepada pejabat bank itu antara lain Grand Canyon, Napa Valley, Disneyland, Universal Studios, Las Vegas, New York City, Chicago, Washington DC, dan Hawaii. Selain itu, para pejabat bank tersebut juga diberikan liburan ke Eropa. (Dea Chadiza Syafina)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com