JAKARTA, KOMPAS.com -
Investor dan pelaku pasar diproyeksikan cenderung menahan diri menjelang Pemilihan Umum Legislatif pada Rabu (9/4/2014) nanti. Arah pasar juga akan ditentukan hasil Federal Open Market Committee atau FOMC Meeting di Amerika Serikat pertengahan pekan ini.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup pekan lalu dengan penurunan 33 poin (0,68 persen) ke level 4.857. Namun IHSG selama sepekan kemarin menguat 89,67 poin (1,88 persen), lebih tinggi dari pekan sebelumnya yang naik 68,06 poin (1,45).

Investor asing, meskipun mencatat penjualan bersih di akhir pekan lalu, masih tercatat membeli bersih sebesar Rp 4 triliun. Jumlah itu lebih besar dari pekan sebelumnya senilai Rp 1,99 triliun. Jika dihitung sejak awal tahun (year to date), hingga pekan kemarin asing mencatat pembelian bersih Rp 27 triliun.

”Pekan depan waktu transaksi juga berkurang dengan adanya pemilu dan antisipasi hasil rapat FOMC sehingga tetap mewaspadai potensi pelemahan,” kata Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada, Sabtu pekan lalu, merujuk pada proyeksi pergerakan IHSG pekan ini.

Gerak IHSG pada perdagangan terakhir pekan lalu ditutup melemah mengikuti lesunya gerak bursa regional. Investor tampaknya masih menanti beberapa data makro di AS. Investor akhirnya memilih untuk merealisasikan keuntungan.

Disisi lain, menurut analis Panin Sekuritas, Purwoko Sartono, momentum pemilu di tengah pekan ini justru dapat menjadi katalis positif bagi indeks. Ia memproyeksikan rentang IHSG di level 4.850-4.895.

”Beberapa waktu yang lalu kita sempat menyaksikan fenomena ’Jokowi effect’ yang berimbas pada kenaikan indeks. Kami melihat saham konstruksi, perbankan, dan properti masih cukup menarik untuk trading jangka pendek,” kata Purwoko.

Di pasar obligasi, investor asing juga terlihat masih aktif di pasar. Namun meski masih ada potensi reli di pasar obligasi, tetap diingatkan agar pasar mewaspadai juga potensi pembalikan arah jika sentimen yang ada kurang mendukung. Menurut Reza, aktivitas transaksi obligasi seiring dengan diselenggarakannya Pemilu Legislatif membuat pasar obligasi berkurang aktivitas transaksinya, dan cenderung variatif dengan adanya sebagian pelaku pasar untuk kurangi posisi mengantisipasi kemungkinan yang dapat terjadi.

”Apalagi juga dibarengi dengan rapat FOMC sehingga dapat menghambat potensi reli di pasar obligasi. Untuk itu, tetap mewaspadai jika rilis data-data tersebut tidak sesuai dengan perkiraan atau bahkan di bawah estimasi,” kata dia.

Dari hasil lelang surat utang negara (SUN) di pekan kemarin, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) menyerap dana segar sebesar Rp 9,9 triliun. Jumlah ini lebih besar dibandingkan target indikatif pemerintah sebesar Rp 8 triliun dan lelang sebelumnya. Hingga akhir Maret lalu, pemerintah menyerap dana sebesar Rp 82,83 triliun atau lebih besar dari target yang ditetapkan sebesar Rp 78 triliun.

Sentimen variatif masih mewarnai pasar global, khususnya kondisi terkini ekonomi Amerika Serikat (AS). (BEN)