"Pasar agak dissapointed. Saya kemarin prediksikan rupiah menguat tapi tidak terlalu besar, dengan asumsi PDI-P mendapat sedikit di atas 20 persen, ternyata meleset," kata Ekonom dari Universitas Gadjah Mada A. Tony Prastyantono ketika dihubungi Kompas.com, Kamis (10/4/2014).
Tony menduga, pelemahan tersebut terjadi setidaknya akibat tiga faktor. Pertama, efek pencapresan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi oleh PDI-P mengempis karena diserang lawan.
"Kedua, Jokowi kurang piawai dalam menampilkan visi dan misinya. Soal ini dia memang kurang artikulatif. Ketiga, banyak partai yang platform-nya sama, nasionalis, sehingga suara terpecah," ujar Tony.
Lebih lanjut, Tony memandang pemilu presiden (pilpres) akan memberi sentimen positif terhadap pasar, asalkan presiden dan wakil presiden sesuai dengan ekspektasi pasar.
Ia memantau duet Jokowi dan Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla merupakan pasangan yang paling diunggulkan berdasarkan data polling yang beredar. "Meskipun tak tertutup kemungkinan kandidat lain. Tipe wapres pendamping yang mampu mengeksekusi proyek-proyek, terutama infrastruktur yang terbengkalai menjadi dambaan publik mayoritas," jelasnya.
Pagi tadi, rupiah berada pada posisi Rp 11.347,5 per dollar AS. Posisi ini melemah 0,52 persen dibanding penutupan sebelumnya pada level 11.289. Adapun IHSG sesi I ditutup anjlok 156,74 poin di posisi 4.764,66.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.