Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jika Harga BBM Bersubsidi Dinaikkan, Akankan PDIP Menolak?

Kompas.com - 21/08/2014, 13:27 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Jika pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono tidak menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, artinya pemerintahan baru harus mau menaikkan untuk memperbesar ruang fiskal APBN 2015.

Menanggapi hal tersebut, Anggota DPR RI Komisi XI dari fraksi PDI Perjuangan, Dolfie OFP, mengatakan belum tentu fraksi PDI-P kembali menolak kenaikan harga BBM bersubsidi. Namun, mereka akan mengkaji terlebih dahulu daya beli masyarakat dengan inflasi yang naik akibat kenaikan harga BBM bersubsidi.

"Kalau ruang fiskalnya cukup, ya tentu kita tidak akan mengambil opsi itu (menaikkan harga BBM)," kata Dolfie ditemui sebelum rapat paripurna, di Gedung Parlemen, Kamis (21/8/2014).

Di sisi lain, Dolfie mengatakan, jika tidak ada lagi ruang fiskal dalam APBN 2015 sementara pemerintahan SBY kekeuh tidak mau menaikkan harga BBM bersubsidi, maka hal tersebut akan menyulitkan program pemerintahan baru.

Sebagai informasi, defisit fiskal dalam RAPBN 2015 dikunci 2,32 persen dan hanya menyisakan Rp 20 triliun sebagai modal bagi pemerintahan baru. Sementara itu, subsidi BBM membengkak jadi Rp 363,5 triliun.

Sebelumnya, menurut Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Harry Azhar Aziz, menaikkan harga BBM bersubsidi relatif lebih tidak rumit ketimbang melakukan upaya pembatasan. Namun, menaikkan harga BBM bersubsidi masih sama tantangannya, yaitu ada di parlemen.

"Menaikkan harga tantangan politiknya besar. PDI-P dan PKS, apakah akan sama sikapnya seperti dulu?" kata Harry kepada Kompas.com, akhir pekan lalu.

Sekedar mengingatkan, Juni 2013 kedua fraksi di DPR, yakni Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dalam sidang Paripurna DPR, ngotot menolak kenaikan harga BBM bersubsidi. (Baca: PDIP-PKS Masih Ngotot Tolak Harga BBM Naik)

Saat itu, PDI-P diwaliki oleh Ketua Umum DPP PDIP Puan Maharani mengatakan dengan tegas sikap partainya untuk menolak kenaikan harga BBM bersubsidi. Puan menilai, kenaikan harga BBM bersubsidi hanyalah upaya pemerintah untuk dapat memperoleh dana Rp 42 triliun yang akan digunakan untuk program pencitraan seperti Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) dan bantuan sosial sebanyak Rp 30 triliun.

Dari Fraksi PKS, anggota Komisi XI, Echy Awal Muharram mengatakan, fraksinya juga menolak kenaikan harga BBM bersubsidi. Sebab, kenaikan harga BBM tersebut hanya akan menambah angka pengangguran dan jumlah masyarakat miskin. Di sisi lain, Echy mengemukakan pandangan Fraksi PKS bahwa penyesuaian harga BBM akan menyebabkan kenaikan harga-harga barang yang akan berdampak langsung terhadap daya beli masyarakat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

Whats New
Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

Whats New
Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Rilis
Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya 'Serok'?

Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya "Serok"?

Earn Smart
Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Whats New
Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Whats New
Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com