Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Minyak Turun, Harga BBM Naik

Kompas.com - 15/11/2014, 08:39 WIB

Oleh: Joice Tauris Santi

JAKARTA, KOMPAS.com - Meskipun harga minyak mentah global menurun, pemerintah tetap harus menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi secara moderat. Pada perdagangan akhir pekan, Jumat (14/11/2014), kontrak minyak mentah Amerika Serikat jenis West Texas Intermediate naik 0,3 persen menjadi 74,41 dollar AS per barrel. Sementara jenis Brent naik tipis jadi 78,10 dollar AS per barrel.

Untuk pertama kali dalam empat tahun terakhir, kontrak minyak diperdagangkan pada harga di bawah 80 dollar AS per barrel, Kamis kemarin. Pada tahun ini harga minyak sempat mencapai puncaknya pada harga 115,06 dollar AS per barrel. Kini, harga minyak sudah turun sekitar 30 persen sejak Juni lalu karena pasokan yang berlimpah di AS.

Sementara itu, Pemerintah Indonesia diperkirakan tetap menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi setelah Presiden Joko Widodo pulang dari lawatan ke luar negeri. Jokowi akan tiba di Jakarta pada hari Minggu mendatang.

"Penurunan harga minyak hingga sekitar 80 dollar AS per barrel akan berdampak positif bagi neraca anggaran. Jika pergerakan harga ke arah 80 dollar AS per barrel terjadi secara berkesinambungan, berdasarkan asumsi harga 105 dollar AS di APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara)-Perubahan 2014, akan mengurangi anggaran subsidi 10-12 miliar dollar AS. Kami memperkirakan selisih harga minyak Brent di pasar internasional dengan harga subsidi menjadi turun hanya Rp 2.100 per liter,” kata ekonom ANZ, Daniel Wilson.

Daniel menambahkan, kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar Rp 1.500 per liter akan mengurangi biaya subsidi Rp 600 per liter. Angka ini lebih kecil jika dibandingkan dengan enam bulan lalu ketika pemerintah harus membayar harga subsidi sebesar Rp 4.500 per liter.

Jika pemerintah agresif menaikkan harga BBM menjadi Rp 2.000 per liter, risikonya tetap pada kebijakan tingkat suku bunga. Bank Indonesia tentu ingin menjaga inflasi dan memberikan sinyal kepada para pelaku pasar bahwa mereka tetap akan menjaga stabilitas makroekonomi di tengah kemungkinan kenaikan tingkat suku bunga AS pada tahun depan.

Ekonom Bank Danamon, Dian Ayu, mengasumsikan kenaikan harga BBM sebesar Rp 2.000 per liter. ”Kebijakan ini akan membuat penghematan sekitar Rp 100 triliun. Pemerintah akan mengalokasikan dana ini untuk pembangunan infrastruktur dasar, seperti irigasi, jalan, jembatan, dan program kesejahteraan,” katanya.

BI mengumumkan bahwa defisit neraca berjalan (current account deficit/CAD) menyempit menjadi 3,07 persen dari produk domestik bruto pada kuartal ketiga 2014. Sementara pertumbuhan ekonomi melambat menjadi 5 persen pada kuartal ketiga 2014. Pertumbuhan kredit mencapai 13,1 persen antartahun pada bulan September. Ini merupakan pertumbuhan terendah sejak Maret lalu.

Meskipun demikian, seiring dengan rencana kenaikan harga BBM bersubsidi telah memicu indikasi ekspektasi inflasi yang lebih tinggi. BI menyatakan siap melanjutkan pengetatan moneter dan makro-prudensial.

Sabar menanti

Para pelaku pasar menantikan keputusan soal kenaikan harga BBM. Pada perdagangan hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan di sesi pertama ditutup melemah tipis 4,7 poin menjadi 5.0439.

”Tetapi, untuk bisa ditutup di atas resisten pada level 5.070 sepertinya masih berat, karena regional juga tidak ke mana-mana. Pelaku pasar sepertinya masih menunggu kejelasan dari kenaikan harga BBM bersubsidi. Kalau menurut saya dengan harga minyak yang terus melemah, sebenarnya memberikan kesempatan bagi pemerintah untuk melakukan refloating harga BBM bersubsidi. Harga BBM bersubsidi dibuat mengambang. Jumlah subsidi per liter dibuat tetap,” kata Kepala Riset Universal Broker Satrio Utomo.

Pasar saham Asia tidak begitu bergairah di akhir pekan ini. Data dari Tiongkok menunjukkan tanda-tanda masih terjadi pelemahan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, harga saham sektor energi terus tertekan.

Indeks MSCI untuk kawasan Asia Pasifik selain Jepang turun 0,2 persen pada pertengahan perdagangan Jumat kemarin.

Pertumbuhan ekonomi Tiongkok terus kehilangan momentum pada Oktober ini. Pertumbuhan output dari pabrik-pabrik terus menyusut. Pertumbuhan investasi pun menyentuh titik terendah dalam 13 tahun terakhir ini. (Reuters)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Whats New
Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-'grounded' Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-"grounded" Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Whats New
ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

Whats New
Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Whats New
Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Whats New
ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

Whats New
Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Whats New
Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Whats New
Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Whats New
BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

Whats New
KAI Services Buka Lowongan Kerja hingga 25 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

KAI Services Buka Lowongan Kerja hingga 25 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Anggaran Pendidikan di APBN Pertama Prabowo Capai Rp 741,7 Triliun, Ada Program Perbaikan Gizi Anak Sekolah

Anggaran Pendidikan di APBN Pertama Prabowo Capai Rp 741,7 Triliun, Ada Program Perbaikan Gizi Anak Sekolah

Whats New
Bantah Menkeu soal Penumpukan Kontainer, Kemenperin: Sejak Ada 'Pertek' Tak Ada Keluhan yang Masuk

Bantah Menkeu soal Penumpukan Kontainer, Kemenperin: Sejak Ada "Pertek" Tak Ada Keluhan yang Masuk

Whats New
Tidak Ada 'Black Box', KNKT Investigasi Badan Pesawat yang Jatuh di BSD

Tidak Ada "Black Box", KNKT Investigasi Badan Pesawat yang Jatuh di BSD

Whats New
Investasi Rp 10 Miliar, Emiten Perhotelan KDTN Siap Ekspansi Bisnis Hotel Rest Area

Investasi Rp 10 Miliar, Emiten Perhotelan KDTN Siap Ekspansi Bisnis Hotel Rest Area

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com