Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga BBM Naik, Pemerintah Diminta Serius Jalankan Program Konversi ke BBG

Kompas.com - 19/11/2014, 11:23 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com
- Pengamat energi dari ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro meminta pemerintah segera menjalankan program konversi bahan bakar minyak ke gas untuk transportasi pascakenaikan harga BBM.

"Momentum kenaikan harga BBM ini mesti dilanjutkan dengan memulai program konversi BBG secara lebih serius," katanya di Jakarta, Rabu (19/11/2014), seperti dikutip Antara.

Menurut dia, pengembangan BBG untuk transportasi bisa dilakukan dengan serius dan target yang jelas seperti program konversi minyak tanah ke elpiji.

Hal senada juga dikemukakan kolega Komaidi di ReforMiner, Pri Agung Rakhmanto. Menurut dia, pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla mesti membuktikan janji kampanye dulu untuk melaksanakan program konversi BBG.

"Konversi BBG merupakan keharusan," ujar Pri.

Dengan konversi ke BBG, lanjutnya, maka akan mengurangi pemakaian sekaligus impor BBM, sehingga menurunkan subsidi komoditas tersebut. Di samping itu, BBG juga lebih ramah lingkungan dibandingkan BBM.

Komaidi mengatakan, langkah pertama program konversi BBG yang bisa dilakukan pemerintah adalah menaikkan harga BBG untuk meningkatkan minat BUMN dan swasta membangun infrastruktur gas.

Kenaikan harga BBM jenis premium dari Rp 6.500 menjadi Rp 8.500 per liter, lanjutnya, memungkinkan pemerintah menaikkan harga BBG. Harga BBG sekarang ini sebesar Rp 3.100 per liter setara premium (LSP) kurang menarik minat investor mengembangkan bahan bakar alternatif tersebut, sehingga diperlukan penyesuaian.

"Pengusaha menilai harga Rp 3.100 per LSP belum cukup menarik," katanya.

Pemerintah bisa mempertimbangkan untuk menaikkan harga BBG transportasi menjadi Rp 5.000 per LSP.

"Saya kira kisaran harga BBG Rp 5.000 per LSP masih cukup moderat dengan harga premium bersubsidi yang sekarang Rp 8.500 per liter," katanya.

Harga Rp 5.000 per LSP, menurut dia, cukup menarik bagi pengusaha dan sekaligus diterima masyarakat.

"Swasta akan mendapat insentif untuk terlibat dalam pengembangan BBG," katanya.

Keputusan Menteri ESDM No 2932K/12/MEM/2010 yang ditandatangani Darwin Saleh pada 15 Desember 2010 menetapkan harga BBG untuk transportasi sebesar Rp 3.100 per LSP.

Sesuai keputusan itu, harga BBG sebenarnya dapat disesuaikan setiap tahun. Selain harga, Komaidi menambahkan pada tahap awal pemerintah juga bisa membagikan konverter kit BBG secara gratis pada angkutan umum.

"Pembagian ini dalam rangka 'pilot project' saja. Tentunya, disesuaikan dengan ruang gerak anggaran pemerintah," ujarnya.

Namun, dalam jangka panjang, pemerintah mesti mewajibkan produsen mobil langsung memasang konverter kit pada kendaraan barunya.

"Dengan demikian, konsumen mobil tidak perlu lagi memasang konverter kit," ujarnya.

Lalu, dana penghematan program BBG yang didapat, bisa dipakai untuk membangun infrastruktur gas secara lebih masif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemerintah Tetapkan 16 PSN Baru, Pelaksanaannya Disebut Tak Butuh APBN

Pemerintah Tetapkan 16 PSN Baru, Pelaksanaannya Disebut Tak Butuh APBN

Whats New
Kominfo Kembali Buka Pendaftaran Startup Studio Indonesia, Ini Syaratnya

Kominfo Kembali Buka Pendaftaran Startup Studio Indonesia, Ini Syaratnya

Whats New
41 PSN Senilai Rp 544 Triliun Dikebut Rampung 2024, Ini Kendala Pembangunannya

41 PSN Senilai Rp 544 Triliun Dikebut Rampung 2024, Ini Kendala Pembangunannya

Whats New
Bangun Smelter, Tahun Ini ADMR Alokasikan Capex hingga 250 Juta Dollar AS

Bangun Smelter, Tahun Ini ADMR Alokasikan Capex hingga 250 Juta Dollar AS

Whats New
Simak, 6 Tips Menjaga 'Work Life Balance'

Simak, 6 Tips Menjaga "Work Life Balance"

Work Smart
Haji Khusus dan Haji Furoda, Apa Bedanya?

Haji Khusus dan Haji Furoda, Apa Bedanya?

Whats New
Potensi Ekonomi Syariah Besar, BSI Gelar Pameran Produk Halal

Potensi Ekonomi Syariah Besar, BSI Gelar Pameran Produk Halal

Whats New
AXA Mandiri Lakukan Penyesuaian Premi Imbas dari Tingginya Inflasi Medis

AXA Mandiri Lakukan Penyesuaian Premi Imbas dari Tingginya Inflasi Medis

Whats New
Program Ternak Kambing Perah di DIY untuk Atasi Stunting dan Tingkatkan Ekonomi Warga

Program Ternak Kambing Perah di DIY untuk Atasi Stunting dan Tingkatkan Ekonomi Warga

Whats New
Menteri ESDM: Keberadaan Migas Tetap Penting di Tengah Transisi Energi

Menteri ESDM: Keberadaan Migas Tetap Penting di Tengah Transisi Energi

Whats New
Kinerja 'Paylater Multifinance' Tetap 'Moncer' di Tengah Gempuran Produk Perbankan

Kinerja "Paylater Multifinance" Tetap "Moncer" di Tengah Gempuran Produk Perbankan

Whats New
Kian Bertambah, Jumlah Investor Kripto di Indonesia Tembus 19,75 Juta

Kian Bertambah, Jumlah Investor Kripto di Indonesia Tembus 19,75 Juta

Whats New
Erick Thohir Resmikan Antara Heritage, Jadi Ikon Destinasi Wisata Sejarah dan Jurnalisme

Erick Thohir Resmikan Antara Heritage, Jadi Ikon Destinasi Wisata Sejarah dan Jurnalisme

Whats New
Medco Energi Bantu Ratusan Petani di Sumsel Budidaya Karet Organik

Medco Energi Bantu Ratusan Petani di Sumsel Budidaya Karet Organik

Whats New
Kemendag Fasilitasi Verifikasi Penyelidikan Antisubsidi Produk Aluminium Ekstrusi asal Indonesia oleh AS

Kemendag Fasilitasi Verifikasi Penyelidikan Antisubsidi Produk Aluminium Ekstrusi asal Indonesia oleh AS

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com