Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

CEO Garuda: Kita Mesti Menang…

Kompas.com - 17/01/2015, 09:09 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

KOMPAS.com – Akhir tahun 2014, maskapai penerbangan BUMN Garuda Indonesia mengangkat Arif Wibowo sebagai Direktur Utama perusahaan tersebut. Pengalaman Arif berkarir 24 tahun berkarir di Garuda dan sukses menjabat bos Citilink diyakini mampu memimpin prusahan bintang lima Sky Trex itu.

Namun, tugas Arif tak mudah. Kondisi eksternal yaitu harga avtur yang mahal, bea masuk komponen peswat yang mahal, dan kondisi ekonomi dunia tentu akan mempengaruhi pertumbuhan penerbangan nasional. Sementara itu, masalah di internal perusahaan juga tak kalah dasyat seperti kerugian keuangan Garuda dan utang yang membebani.

Tiga “Resep” sembuhkan Garuda

Namun, Arif nampak tak gentar. Ia mengaku sudah memiliki strategi tersendiri dalam menyongsong persaingan penerbangan domestik maupun internasional. "Pertama, revenue generator menjadi penting karena kita harus menghasilkan uang semaksimal mungkin," ujar Arif saat berbincang dengan Kompas.com akhir tahun 2014.

Tak cukup membangkitkan generator pendapatan perusahaan, Arif juga akan mencoba mengendalikan biaya operasi Garuda. "Kedua, cost driver kita restrukturisasi karena kita harus kompetitif karena tahun depan kita menghadapi stagnansi ekonomi yang berpengaruh kepada angkutan udara, sehingga kita harus yakin cost kita benar-benar kompetitif," kata dia.

Sementara untuk resep ketiga, dia menyatakan, akan memangkas biaya-biaya yang kurang maksimal memberikan pemasukan kepada Garuda "Ketiga, yang paling penting adalah kita pastikan secara finansial itu kita aman sampai satu tahun ke depan, prioritas saya dalam waktu dekat ini, metode banyak tapi salah satunya refinancing," ucap dia.

Hasrat kuasai penerbangan

Arif sangat yakin bahwa Garuda mampu kembali mengepakan sayap bisnisnya. Bahkan, dia menargetkan Garuda dan Citilink mampu menguasai 50 persen pangsa pasar penerbangan domestic dalam lima tahun ke depan.

“Citilink aja marketnya 5 tahun kedepan sudah 28 persen, per tahun ini 15 persen. Nah Garuda kan sekarang hampir 30 persen, jadi Garuda dan Citilink paling enggak minimal 50 persen menguasai pasar,” kata pria asal Purwokerto itu.

Baginya, sebagai perusahan penerbangan BUMN yang besar, target 50 persen penguasaan pangsa pasar merupakan hal yang wajar.

Meski begitu, Arif mengakui bahwa banyak pekerjaan rumah yang mesti ia selesaikan agar Garuda Indonesia grup mampu mewujudkan target tersebut.

Sementara itu, terkait persaing Garuda di regional, Arif tak mau menganggap remeh perusahaan penerbangan baru maupun lama. Meski mengaku persaingan airlines sangat ketat, pria yang masuk ke Garuda 24 tahun silam itu hanya ingin memenagi persaingan. “Jadi sebenarnya PR-nya masih banyak untuk itu, kita mesti menang untuk itu,” ucapnya.

Baca kisah inspirasi lainnya di http://lipsus.kompas.com/successstory

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

HMSP Tambah Kemitraan dengan Pengusaha Daerah di Karanganyar untuk Produksi SKT

HMSP Tambah Kemitraan dengan Pengusaha Daerah di Karanganyar untuk Produksi SKT

Whats New
BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

Work Smart
Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Whats New
Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com