Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengusaha Dilahirkan atau Diciptakan?

Kompas.com - 04/02/2015, 07:08 WIB

Oleh: Muhammad Assad*

@MuhammadAssad

KOMPAS.com - Apakah seorang pengusaha itu dilahirkan (born) atau diciptakan (made)?

Menurut saya, keduanya merupakan jawaban yang tepat karena seorang pengusaha sejati tidak mungkin berasal hanya dari salah satunya saja.

Born berhubungan dengan bakat dan potensi sang anak yang melekat pada dirinya pada saat lahir ke dunia. Namun bakat dan potensi saja tidaklah cukup. Made menjadi faktor penting lainnya dalam membentuk karakter dan kepribadian dengan cara membekali sang anak dengan ilmu, ketrampilan serta lingkungan yang baik.

Entrepreneur is not only born but also made. Dahulu, kewirausahaan dianggap sebagai bakat yang dibawa sejak lahir sehingga tidak dapat dipelajari. Sekarang, kewirausahaan ternyata bisa dipelajari dan tidak cukup hanya mengandalkan bakat saja. Oleh karena itu, kombinasi antara born dan made menjadi sangat penting dalam membentuk kepribadian seorang pengusaha yang tangguh.

Saya percaya bahwa setiap anak yang dilahirkan ke muka bumi ini memiliki bakat dan potensi yang spesial. Namun itu saja tidak cukup. Anak juga harus diberikan berbagai macam ketrampilan yang dapat digunakan saat nanti mulai menjalankan usahanya. Ketrampilan bukanlah ilmu pasti yang bisa dipelajari di bangku sekolah, namun didapat dengan langsung mempraktekkannya, atau istilahnya learning by doing. Selain ketrampilan, mengasah mental pun sangat penting agar nantinya dia bisa bangkit saat menghadapi kegagalan.

Hal-hal seperti ini sangat penting diajarkan sejak kecil agar anak tidak manja dan bermalas-malasan. Orangtua juga harus menanamkan sikap mandiri kepada anak, sehingga nanti saat dewasa dia akan tumbuh menjadi seorang pengusaha yang tidak cengeng dan selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi pekerjaannya.

Banyak negara maju yang telah mengajarkan kewirausahaan sejak dini. Sejak tahun 1970 di berbagai universitas terkemuka di Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa lainnya sudah diajarkan tentang konsep kewirausahaan. Pada tahun 1980-an, konsep tersebut mulai diperkenalkan sejak bangku sekolah, dan bukan lagi hanya di bangku kuliah. Sehingga wajar saja, negara-negara tersebut memiliki pengusaha yang berkualitas karena sudah dipersiapkan dengan baik dan terencana.

David C Mclelland dalam bukunya The Achieving Society, mengatakan bahwa paling tidak dibutuhkan 2 persen pengusaha dari total jumlah penduduk agar sebuah negara menjadi makmur dan sejahtera. Jika mengacu perhitungan tersebut, berarti dari total 250 juta penduduk Indonesia, minimal harus ada 5 juta pengusaha untuk membangun negara ini dalam bidang ekonomi.

Namun menurut saya, 2 persen bukanlah angka ideal. Sebagai negara yang besar, paling tidak Indonesia membutuhkan minimal 5 persen dari total populasinya, atau sekitar 12,5 juta orang. Sebagai perbandingan, jumlah pengusaha di Singapura 10 persen, Jepang 15 persen, China 16 persen dan Amerika Serikat 18 persen dari total penduduknya.

Kementerian Koperasi dan UKM mengeluarkan data tentang jumlah pengusaha Indonesia di tahun 2015 yang mengalami peningkatan cukup signifikan dari tahun-tahun sebelumnya. Saat ini, total pengusaha di Indonesia berada di kisaran angka 1,5 persen (3,75 juta). Saya optimis angka ini akan terus tumbuh hingga mencapai 5 persen dalam kisaran waktu 5-10 tahun. Syaratnya, Indonesia bisa menaikkan tingkatan ease of doing business (kemudahan melakukan bisnis) ke level 50 besar dunia.

International Finance Corporation (IFC), anggota dari Bank Dunia, melansir laporan bertajuk Doing Business 2015. Data tersebut merangkum tentang kemudahan berbisnis di suatu negara yang terdiri dari berbagai faktor. Indonesia menempati posisi ke-114, naik 3 peringkat dari posisi ke-117 di tahun 2014.

Tapi tentu, hasil ini tidaklah menggembirakan karena kita jauh tertinggal dibanding negara-negara ASEAN lainnya. Singapura di urutan pertama, Malaysia di urutan ke-6, Thailand di urutan ke-18, Brunei Darussalam di urutan ke-59, Vietnam di urutan ke-99 dan Filipina di urutan ke-108.

Faktor lingkungan juga berpengaruh dalam membentuk karakteristik anak untuk menjadi seorang pengusaha. Para orangtua selalu memberi nasihat yang sama bagi anak-anaknya, “Kamu harus rajin belajar ya, biar nanti kalau sudah besar bisa kerja di perusahaan yang bagus dan mendapat gaji yang besar.” Nasihat seperti ini akhirnya membentuk pola pikir sang anak untuk lebih memilih menjadi karyawan dibanding pengusaha.

Sistem pendidikan di Indonesia tidak mengajarkan kreativitas dan menumbuhkan jiwa kewirausahaan dengan baik. Kampus-kampus lebih banyak menciptakan para pencari kerja dibanding pembuat lapangan kerja. Setiap tahunnya, jumlah orang yang berbaris untuk mendapat pekerjaan selalu bertambah dari tahun sebelumnya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Spend Smart
Harga Saham BBRI 'Nyungsep' 5 Persen, Investor 'Buy' atau 'Hold'?

Harga Saham BBRI "Nyungsep" 5 Persen, Investor "Buy" atau "Hold"?

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Work Smart
Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Whats New
Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Whats New
Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Whats New
Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Whats New
Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Whats New
Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Whats New
Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Whats New
Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Whats New
Dorong UMKM 'Go Global', Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Dorong UMKM "Go Global", Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Whats New
Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Whats New
Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Whats New
Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com