Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Faktor Penghambat Berwirausaha (2)

Kompas.com - 13/05/2015, 11:42 WIB

oleh Muhammad Assad*
@MuhammadAssad

KOMPAS.com - Di edisi youngpreneur lalu saya sudah membahas tentang faktor pertama penghambat jiwa kewirausahaan anak, yaitu faktor keluarga (baca: Faktor Penghambat Berwirausaha (1)).

Sekarang saya akan membahas faktor kedua yaitu sekolah, dan ini sama pentingnya dengan faktor yang pertama. Sekolah menjadi tempat kedua bagi sang anak untuk belajar formal setelah di rumah. Untuk itu, penting sekali bagi tiap orang tua untuk memilihkan sekolah yang terbaik bagi sang anak agar kelak mereka dapat menjadi pribadi yang bukan hanya cerdas secara intelektual, namun juga spiritual.

Sekolah juga bisa menjadi tempat belajar dan berlatih bagi sang anak untuk menjadi seorang pengusaha tangguh di masa depan. Namun sekolah seperti apa yang seharusnya dipilih oleh para orang tua? Sekolah seperti apa yang bisa mendidik para generasi muda menjadi seorang pengusaha hebat?

Sejak kecil tentunya kita sudah diajarkan cara membaca dan menulis di sekolah. Namun menariknya, ternyata hal tersebut tidak mendidik sang anak untuk menjadi seorang pengusaha. Biasanya kalimat yang sering diajarkan oleh bapak atau ibu guru adalah, “Budi pergi ke pasar membeli nasi.”

Mengapa selalu sebuah kalimat di sekolah mengajarkan anak didik menjadi seorang konsumen dan bukan produsen? Seharusnya kalimat tersebut dapat dimodifikasi menjadi “Budi pergi ke pasar untuk berjualan nasi”. Terlihat sederhana, namun berdampak signifikan untuk menanamkan dalam otak sang anak untuk mulai belajar sebagai pengusaha.

Kata “berjualan” seperti tabu untuk diajarkan kepada murid, dan para guru lebih senang dengan kata “membeli”. Tentu tidak ada yang salah dengan hal ini, namun bisa memberikan pemahaman yang keliru jika nanti sang anak ingin berjualan saat dewasa, dia akan merasa itu adalah hal yang tidak benar karena tidak pernah diajarkan oleh sang guru, sehingga mereka akan mengurungkan niat tersebut.

Belum lagi di sekolah semua jawaban ujian biasanya diberikan dalam bentuk pilihan ganda. Lho apanya yang salah? Jelas salah, karena sang anak menjadi tidak kreatif dan terbiasa sudah memiliki pilihan jawaban. Murid tidak diberikan kesempatan untuk berpikir kritis dengan memberikan jawaban yang sesuai dengan pemikirannya.

Anak seperti dipaksa untuk memilih sebuah jawaban yang mungkin dia sendiri tidak mengerti. Dengan format jawaban pilihan ganda, sesungguhnya mereka sedang diproses dan menjadi manusia yang cenderung menyelesaikan masalah dengan cara instan. Namun jika format jawaban berbentuk esai, anak dapat berpikir dan belajar untuk memecahkan solusi dengan caranya sendiri.

Sang guru beralasan, pilihan ganda diberikan karena praktis dan mudah dalam mengkoreksinya. Hasilnya bisa ditebak, sang anak akan menjadi pribadi yang menggampangkan masalah dan selalu ingin kemudahan dalam hidupnya. Sungguh disayangkan jika negeri ini melahirkan para generasi muda yang pragmatis, instan dan tidak mau bekerja keras dalam mewujudkan mimpi-mimpinya.

Faktor penghambat ini bisa menjadi hal yang sangat berbahaya karena dapat mempengaruhi pola pikir dan cara mengambil keputusan. Tidak ada cara lain, dua faktor penghambat ini harus dilihlangkan dari setiap anak agar generasi muda Indonesia di masa depan nanti adalah para pengusaha tangguh yang akan mampu memberikan kontribusi berarti bagi negeri yang kita cintai ini.

Dua masalah terbesar bangsa saat ini adalah korupsi dan kemiskinan, dan keduanya saling berkaitan erat. Korupsi terjadi karena orang ingin cepat kaya dan tidak mau kerja keras. Kemiskinan terjadi karena banyaknya orang yang korupsi dan mengambil hak-hak orang miskin. Jika Anda melihat lebih dalam lagi, ternyata kedua masalah ini berkaitan erat dengan faktor ekonomi.

Semua itu tentunya bisa diselesaikan jika setiap orang dapat memenuhi kebutuhan ekonominya terlebih dahulu. Memang kodratnya manusia selalu merasa tidak cukup dan cenderung serakah. Namun paling tidak jika faktor dasarnya sudah terpenuhi (sandang, pangan, papan), mereka akan berpikir dua kali untuk melakukan korupsi ataupun kejahatan lainnya. Begitu juga yang terjadi dengan kriminalitas di negeri ini, biasanya semua itu karena urusan perut.

Generasi muda harus siap mengambil tanggung jawab untuk membenahi bangsa ini. Sebagai agen perubahan, Anda harus siap berada di garis terdepan untuk membangun republik ini. Tapi tentunya, sebelum merubah sesuatu yang besar, Anda harus merubah diri Anda sendiri, dari yang suka bersenang-senang menjadi suka berusaha, dari yang suka bermalas-malasan menjadi suka bekerja keras

Bagaimana mungkin generasi muda siap menjadi pengusaha kalau dalam dirinya sudah tidak ada semangat dan tekad yang kuat untuk sukses? Bagaimana mungkin bangsa ini dapat sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia jika generasi mudanya senang bersenang-senang dan melupakan masa depan?

Untuk itu, perlu ditanamkan sejak dini nilai-nilai dan semangat kewirausahaan dalam diri anak agar bisa mandiri secara ekonomi dan bermanfaat bagi masyarakat serta lingkungan. Anak harus mulai diajarkan tentang kemandirian dan etos kerja yang baik agar saat mereka dewasa nanti sudah tertanam dalam benaknya impian menjadi seorang pengusaha.

Pada akhirnya, orang tua memegang peranan yang amat penting dalam membentuk karakteristik sang anak untuk diajarkan menjadi seorang pengusaha sejak kecil. Orang tua harus mampu menghilangkan segala faktor penghambat yang dapat menghalangi sang anak tumbuh dan berkembang menjadi seorang pengusaha tangguh di masa depan.




*Muhammad Assad,
adalah seorang pengusaha muda, pembicara internasional dan penulis buku-buku national bestseller. Assad lulus program S2 Islamic Finance dari Hamad bin Khalifa University, Qatar, dengan predikat summa cum-laude dan mendapat beasiswa penuh dari Emir Qatar, His Highness Sheikh Hamad bin Khalifa Al-Thani.

Saat ini Assad aktif di bidang kewirausahaan, menjadi CEO Rayyan Capital, perusahaan pengelola keuangan dan investasi global; dan Chairman NFQ Group yang fokus membuat program-program inspiratif dan edukatif di bidang kepemudaan. Pada tahun 2012 Assad mendapat penghargaan “The Most 100 Promising Indonesian Young Entrepreneur” versi Majalah SWA. Assad juga seorang penulis best seller. Sejak tahun 2011 telah mengeluarkan 6 buku: Notes From Qatar 1, Notes From Qatar 2, Notes From Qatar 3, Sedekah Super Stories, Good Morning Qatar, dan 99 Hijab Stories.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com