Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cirebon Lokasi Tepat Pengganti Pelabuhan Cilamaya?

Kompas.com - 01/07/2015, 10:35 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Kalangan pelaku usaha logistik menilai saat ini Cirebon merupakan lokasi yang paling tepat sebagai pengganti pelabuhan Cilamaya. Pelabuhan Cilamaya sendiri yang rencananya dibangun di Kabupaten Karawang Jawa Barat dihentikan pelaksanaannya.

Senior Manager Logistics PT GPI Logistics Anang Hidayat di Jakarta, Selasa (30/6/2015) menyatakan, salah satu alasan hal tersebut, antara lain karena dibukanya jalan tol Cikopo-Paliman (Cipali), yang membuat akses menuju Cirebon menjadi lebih lancar dan waktu tempuh menjadi lebih singkat.

"Dari sisi logistik, keberadaan Cikapali sangat mendukung. Makanya, untuk saat ini yang cukup ideal untuk menggantikan Cilamaya adalah Cirebon," katanya.

Dengan akses yang lebih mudah, lanjutnya, maka waktu tempuh bisa menjadi lebih cepat sehingga target untuk mencapai gudang pada saat bussines hour bisa tercapai dan mengurangi risiko keterlambatan. Menurut dia, ketepatan waktu ini penting, karena jika terlambat satu jam saja, misalnya, maka risiko overtime cost dan overnight cost menjadi lebih besar.

Selain jalan tol Cipali, menurut dia, keberadaan fasilitas lain juga sangat mendukung jika Cirebon menjadi pelabuhan internasional menggantikan Cilamaya, diantaranya Bandara Internasional Kertajati dan keberadaan jalur kereta api.

"Keberadaan fasilitas tersebut memang diperlukan dan sangat menunjang keberadaan suatu pelabuhan," katanya.

Hal lain yang tak kalah penting, karena di Cirebon sudah terdapat pelabuhan, tambahnya, sehingga untuk membangun pelabuhan bertaraf internasional tidak perlu dimulai dari nol namun, cukup melalui pengembangan dan pendalaman pelabuhan yang sudah ada.

"Dari sisi biaya, pengembangan pelabuhan yang ada tentu lebih murah dan cepat dibandingkan harus membangun dari awal," kata Anang.

Terkait hal itu pihaknya menyatakan penentu kebijakan sudah selayaknya menjadikan Cirebon sebagai prioritas pengganti Cilamaya, meski harus diakui bahwa terdapat aspek lain yang juga bisa dijadikan pertimbangan di luar aspek transportasi itu tadi.

Anang menyatakan, penentuan lokasi pengganti Cilamaya memang sangat mendesak, alasannya, untuk mengurangi beban Pelabuhan Tanjung Priok yang sudah over load atau kelebihan daya tampung.

"Dengan adanya pengganti Cilamaya maka biaya logistik dari aspek transportasi bisa semakin ditekan," katanya.

Sementara Manajer Kampanye Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Ode Rakhman mengatakan, lokasi manapun yang akan dipilih, hendaknya sudah lulus kajian dan memenuhi syarat lingkungan hidup dan sosial masyarakat setempat.

"Jika sudah memenuhi syarat, silakan saja mana yang bisa dipilih," katanya.

Menurut dia, salah satu yang harus menjadi perhatian adalah potensi penambahan beban yang sudah ada di calon lokasi yang akan dipilih, apakah selama ini sudah menjadi area eksploitasi penambangan atau tidak, serta seberapa besar tingkat pembangunan infrastruktur di daerah tersebut.

Di pesisir selatan Pulau Jawa, misalnya, selama ini banyak terjadi eksploitasi pasir besi oleh penambang setempat, tambahnya, jika kemudian terdapat pembangunan pelabuhan bertaraf internasional, sudah barang tentu akan menambah beban lokasi dimaksud.

Sedangkan pesisir utara seperti Indramayu dan Subang, biasanya beban yang ada berupa pembangunan infrastruktur dan reklamasi.

Jika pada lokasi tersebut dipaksakan pembangunan pelabuhan pengganti Cilamaya, maka akan menambah beban ekosistem bagi lokasi tersebut.

"Oleh karena itu jika pemerintah cerdas seharusnya menjadikan persoalan lingkungan hidup tersebut sebagai salah satu materi kajian," kata Ode.

baca juga: Banyak Pejabat dan Pengusaha yang Terlanjur Borong Tanah di Cilamaya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Antara
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rupiah Tertekan, 'Ruang' Kenaikan Bunga Bank Indonesia Menjadi Terbuka

Rupiah Tertekan, "Ruang" Kenaikan Bunga Bank Indonesia Menjadi Terbuka

Whats New
Hana Bank Catat Laba Bersih Rp 453 Miliar, Total Aset Naik

Hana Bank Catat Laba Bersih Rp 453 Miliar, Total Aset Naik

Whats New
Tingkatkan Produksi Beras di Jateng, Kementan Beri Bantuan 10.000 Unit Pompa Air

Tingkatkan Produksi Beras di Jateng, Kementan Beri Bantuan 10.000 Unit Pompa Air

Whats New
Genjot Energi Bersih, Bukit Asam Target Jadi Perusahaan Kelas Dunia yang Peduli Lingkungan

Genjot Energi Bersih, Bukit Asam Target Jadi Perusahaan Kelas Dunia yang Peduli Lingkungan

Whats New
HM Sampoerna Bakal Tebar Dividen Rp 8 Triliun

HM Sampoerna Bakal Tebar Dividen Rp 8 Triliun

Whats New
PLN Nusantara Power Sebut 13 Pembangkit Listrik Masuk Perdagangan Karbon Tahun Ini

PLN Nusantara Power Sebut 13 Pembangkit Listrik Masuk Perdagangan Karbon Tahun Ini

Whats New
Anak Muda Dominasi Angka Pengangguran di India

Anak Muda Dominasi Angka Pengangguran di India

Whats New
Daftar 6 Kementerian yang Telah Umumkan Lowongan PPPK 2024

Daftar 6 Kementerian yang Telah Umumkan Lowongan PPPK 2024

Whats New
Pembiayaan Kendaraan Listrik BSI Melejit di Awal 2024

Pembiayaan Kendaraan Listrik BSI Melejit di Awal 2024

Whats New
Peringati Hari Bumi, Karyawan Blibli Tiket Donasi Limbah Fesyen

Peringati Hari Bumi, Karyawan Blibli Tiket Donasi Limbah Fesyen

Whats New
Great Eastern Hadirkan Asuransi Kendaraan Listrik, Tanggung Kerusakan sampai Kecelakaan Diri

Great Eastern Hadirkan Asuransi Kendaraan Listrik, Tanggung Kerusakan sampai Kecelakaan Diri

Earn Smart
Setelah Akuisisi, Mandala Finance Masih Fokus ke Bisnis Kendaraan Roda Dua

Setelah Akuisisi, Mandala Finance Masih Fokus ke Bisnis Kendaraan Roda Dua

Whats New
KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

Whats New
Pengusaha Harap Putusan MK soal Pilpres Dapat Ciptakan Iklim Investasi Stabil

Pengusaha Harap Putusan MK soal Pilpres Dapat Ciptakan Iklim Investasi Stabil

Whats New
IHSG dan Rupiah Kompak Menguat di Akhir Sesi 23 April 2024

IHSG dan Rupiah Kompak Menguat di Akhir Sesi 23 April 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com