Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/08/2015, 06:06 WIB

Oleh Jazak Yus Afriansyah
@jazakYA

KOMPAS.com -  Banyak orang bilang bahwa pengalaman adalah guru yang berharga. Namun, apakah hal itu sepenuhnya benar?

Tunggu dulu, karena bisa saja justru karena pengalaman kita terjebak kedalam bencana dan mimpi buruk yang tidak bertepi.

Kisah nyata di bawah ini, kiranya cukup menjadi nasehat bagi kita untuk tidak selalu mengandalkan dan mengagungkan masa lalu, guna menghadapi masa kini.

Dikisahkan seorang CEO ternama dan dikenal sangat sukses dan popular tertunduk lesu tak berdaya memandangi surat pemecatan dirinya dari Dewan Komisaris.

6 bulan yang lalu dia adalah seorang CEO yang sangat perkasa dan berkuasa penuh, lalu apa gerangan terjadi?

Sebelum CEO ini bergabung di perusahaan yang akhirnya menghentikan karirnya di tengah jalan, dia termasuk jajaran eksekutif favorit, dengan rekam jejak yang mengagumkan, dia berhasil membawa perusahaan yang dipimpinnya melaju dengan pertumbuhan bisnis yang fantastis.

Atas dasar prestasi inilah, diam-diam dia dihubungi konsultan untuk mau bergabung dengan perusahaan yang selama ini menjadi pesaing utama, tawar menawar selesai dan cocok akhirnya dia memutuskan hengkang untuk berkarir di perusahaan baru.

Kekaguman atas Masa Lalu yang menipu

Atas dasar pengalamannya di perusahaan terdahulu, dengan didukung otoritas penuh dari dewan komisaris, dia mulai meng-aplikasikan secara bulat-bulat cara lama yang dia yakini membawa kemajuan di perusahaan lama pada perusahaan barunya.

Sebagai catatan, sebelumnya CEO ini bekerja di sebuah multi national company (MNC) yang berbasis di Amerika Serikat, dengan kondisi kultur atau budaya barat, dengan kebiasaan dan perilaku orang Amerika serta dengan tata nilai khas perusahaan asal Amerika.

CEO ini sangat nyaman dan cocok, karena dia sendiri memiliki latar belakang pendidikan MBA dengan status kelulusan cum laude, salah satu budaya yang kuat dan khas dari perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat yaitu seperti: individualisme, performance atau kinerja, dan liberalisme atau kebebasan memilih yang relative lebih.

Adakah yang salah dengan budaya khas di atas? Tentu saja tidak karena memang budaya tersebut sangat dan hanya cocok untuk mereka yang lahir dan tumbuh besar di Amerika Serikat atau dengan kata lain budaya tersebut cocok untuk orang Amerika.

Sedangkan saat ini Sang CEO di-“bajak” untuk berkarir di perusahaan lokal atau nasional yang sedang bergerak maju menjadi perusahaan berkaliber regional bahkan hingga internasional.

Perlu diketahui juga bahwa sebelumnya perusahaan ini adalah awalnya perusahaan keluarga yang sukses berkembang hingga menjadi perusahaan besar dan menjadi perseroan terbuka dan dikelola secara profesional.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com