Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Pembelian Pesawat A350, Faisal Basri Sepaham dengan Rizal Ramli

Kompas.com - 19/08/2015, 10:46 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Rencana pembelian pesawat Airbus A350 oleh Garuda Indonesia sempat menjadi polemik usai Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli melempar wacana pembatalan pembelian pesawat tersebut. Ternyata pengamat ekonomi Faisal Basri memiliki pemahaman yang kurang lebih sama dengan Rizal Ramli.

(baca: "Gebrakan" Rizal Ramli, Garuda Didesak Batalkan Pembelian Airbus A350)

Menurut Faisal, rencana pembelian A350 oleh Garuda Indonesia jangan memprioritaskan faktor gengsi, melainkan harus mengutamakan pertimbangan bisnis yang matang. Pasalnya, A350 rencananya akan digunakan untuk ekspansi Eropa yang tingkat keterisian penumpangnya rendah.

"Pertimbangan bisnis harus nomor satu, gengsi nomor dua. Ada baiknya Garuda memperkuat rute gemuk ke Timur Tengah. Jamaah umroh yang sekitar 5.000 orang sehari perlu digarap serius. Jika A350 cocok untuk rute Timur Tengah, silakan pesan. Namun, kalau untuk ekspansi ke rute Eropa, rasanya harus berpikir panjang, setidaknya untuk lima tahun ke depan," ujar Faisal dalam blog pribadinya, dikutip Kompas.com,  Rabu (19/8/2015).

Saat ini, Garuda hanya punya satu rute ke Eropa, yaitu Jakarta-Amsterdam (Schiphol)-London (Gatwick), Itu pun tidak setiap hari. Berdasarkan pengalaman Faisal, penerbangan Garuda rute Eropa itu tak pernah penuh. Terakhir, pada Juni lalu, saat dia terbang ke Eropa menggunakan Garuda, dua kursi di sebelahnya kosong.

"Pernah saya memohon ke panitia seminar di Belanda agar dipesankan tiket Garuda. Dengan berat hati panitia tidak bisa memenuhi permintaan saya karena harga tiket Garuda nyaris dua kali lipat lebih mahal dari MAS. Pada kesempatan lain, penulis bertugas keliling beberapa negara Eropa. Lagi-lagi tak menggunakan Garuda karena pertimbangan jauh lebih mahal dari maskapai Emirates yang akhirnya dipilih oleh kantor yang menugaskan saya," kata Faisal.

Menurut mantan Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas itu, Garuda kalah bersaing dengan maskapai Timur Tengah misalnya Qatar, Emirates, dan Etihad. Kata Faisal, frekuensi penerbangan ketiga maskapai Timur Tengah itu untuk rute Jakarta-Eropa jauh lebih banyak dari Garuda.

"Di tengah keterpurukan Eropa agaknya Garuda perlu ekstra hati-hati membuka tambahan rute baru ke Eropa. Gagasan untuk membuka rute ke Amerika Serikat juga perlu pertimbangan matang," ucap dia.

Di tengah kondisi itu, Faisal sepakat dengan Rizal Ramli yang mengusulkan agar Garuda fokus mengembangkan pangsa pasar bisnisnya di rute domestik dan regional Asia. Apabila ada oknum penguasa yang memaksa membeli A350, Faisal berpesan agar Direksi berteriak menentang rencana yang tak sesuai dengan pertimbangan bisnis perseroan.

"Perlu diingat, tiga direksi sebelumnya selalu meninggalkan utang di akhir masa jabatan dan penggantinya selalu meminta pertolongan pemerintah menutup utang Garuda dalam bentuk penyertaan modal pemerintah. Semoga direksi sekarang tidak melanjutkan tradisi kurang terpuji itu," ucap Faisal.

baca juga: Menteri Rini Larang Pihak Lain Intervensi Garuda, Termasuk Menko Kemaritiman

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com