Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepala BKPM: Ironis, PHK di Tengah Tingginya Penyerapan Tenaga Kerja

Kompas.com - 03/10/2015, 18:58 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

CIANJUR , KOMPAS.com - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) punya kesan tersendiri melihat kondisi ekonomi Indonesia saat ini. Bak dua sisi mata uang, di satu sisi penyerapan tenaga kerja selama semester I-2015 ternyata cukup besar. Tapi, di sisi lain banyak pula tenaga kerja yang harus menerima Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). "Ini kan melihat ada anomali. Selama semester I-2015 saja ada 680.000 tenaga kerja baru (terserap). Tapi Kementerian Tenaga Kerja mencatat ada 43.000 karyawan yang PHK. Yang ini menyerap tenaga kerja, yang ini merumahakan tenaga kerja. Ini kan ironis," ujar Kepala BKPM Franky Sibarani di Cianjur, Jawa Barat, Sabtu (3/10/2015).

Menurut Franky, kondisi ekonomi yang sulit saat ini memang jadi faktor utama terjadinya PHK. Bagi perusahaan di industri padat karya yang bahan baku produksinya harus didapatkan dari impor, pelemahan nilai tukar rupiah akan memilki dampak yang cukup membebani biaya operasional. Melihat kondisi yang ironis itu, BKPM sendiri kata dia sudah memiliki rencana untuk membantu perusahaan-perusahaan yang benar-benar terkena dampak pelemahan ekonomi saat ini.

BKPM bersama Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) dan Asosiasi Persepatuan Indonesia (Asprisindo) menyepakati pembentukan desk atau bagian khusus yang bertugas untuk mengantisipasi pemutusan hubungan kerja (PHK), serta memudahkan investasi bagi perusahaan yang dinilai terkena dampak yang serius dari pelemahan ekonomi global. Di sisi lain, BKPM mencatat geliat investasi di sektor tersebut terus berjalan. Pada semester satu 2015, realisasi investasi tumbuh positif sebesar 58 persen, atau sebesar Rp 3,88 triliun dibandingkan periode yang sama pada tahun 2014. Bahkan, menurut catatan API, masih ada kekurangan tenaga kerja di sektor ini di Jawa Tengah, sampai dengan 8.000 orang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com