Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setahun Pemerintahan, Rizal Ramli Puji Nyali Jokowi, Kritik SBY

Kompas.com - 21/10/2015, 08:50 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli memuji Presiden Jokowi tepat setahun umur pemerintahan.

Namun, sambil memuji bosnya itu, Rizal melancarkan kritik terhadap Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

"Teman-teman bisa bicara apa pun tentang Pak Jokowi, tapi dia (Jokowi) punya nyali. Ada yang 10 tahun berkuasa, tapi enggak punya nyali," ujar Rizal saat berbicara di acara "Rembug Nasional Setahun Pemerintahan Jokowi-JK", Jakarta, Selasa (20/10/2015).

Mantan Menteri Koordinator Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid itu mengungkapkan, ketegasan Jokowi bisa terlihat dari sikapnya yang menginginkan renegosiasi kontrak karya Freeport dua tahun menjelang kontrak habis.

Meskipun, ucap Rizal, ada menteri yang keblinger menginginkan renegosiasi kontrak dilakukan saat ini juga.

Menurut dia, sikap Presiden Jokowi tersebut berbeda dengan Presiden SBY dalam kasus renegosiasi kontrak Blok Cepu, Jawa Timur.

Rizal menceritakan saat SBY meminta ia datang ke Istana untuk memberikan saran terkait kontrak operator Blok Cepu, yakni Exxon Mobil.

"Tahun 2006 atau 2007 saya dipanggil oleh presiden yang lama, dia akan ke New York ketemu Bush (Presiden AS). Dia (SBY) tanya nasihat saya, tanya bagaimana ngadepin Blok Cepu. Saya bilang, 'Mas, Blok Cepu sekarang termasuk yang cadangannya lebih besar daripada di Pekanbaru. Ini blok dulu milik rakyat Indonesia, tapi dikasih gratis sama Tomy Soeharto. Begitu Soeharto jatuh, dijual sama Australia lalu dibeli sama Exxon 1 miliar dollar AS. Ini kesempatan kita, kalau dibiarkan saja tahun 2010 harus dikembalikan (ke Indonesia)'," kata Rizal.

Saat itu, Rizal mengaku memberikan berbagai saran kepada SBY, mulai dari memberikan saran membuka persaingan kepada perusahaan migas lainnya hingga usul agar pemerintah membiarkan kontrak Blok Cepu habis begitu saja sehingga 2010 bisa kembali ke tangan Indonesia.

Rizal mengaku senang, bahkan sepulangnya dari Istana, pria kelahiran Padang itu mengaku bernyanyi "Halo-halo Bandung" karena usulnya itu didengar dan dicatat oleh SBY.

Namun, setelah SBY pulang dari AS, tutur dia, pejabat Pertamina yang tidak setuju adanya perpanjangan kontrak Exxon Mobil di Blok Cepu justru dipecat.

Pemerintah lantas memilih orang yang tak mengerti dunia migas, yakni Rizal Mallarangeng, sebagai negosiator renegosiasi kontrak tersebut.

Akhirnya, kata Rizal, pemerintah menandatangani renegosiasi kontrak Exxon itu.

Sayangnya, Rizal tak mau menceritakan lebih detail peristiwa itu. Katanya, kalau diceritakan bisa lebih heboh.

Tetapi, berkaca pada pengalaman masa lalu itu, pemerintah saat ini dinilai harus belajar dan mengambil momentum lantaran akan habisnya kontrak karya Freeport pada 2021 mendatang. Bagi Rizal, sekarang saatnya menulis kembali sejarah tersebut.

Baca juga: Jonan: Ada Celetukan Kiri Kanan, tapi Saya Pikir Kabinet Ini Sangat Kompak

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com