“Impor berbagai komoditas pangan juga tetap tinggi, bahkan beberapa cenderung meningkat,” ujar Andreas dihubungi Kompas.com, Jakarta, Selasa (20/10/2015).
Andreas menuturkan, berdasarkan data Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik (BPS), impor beras bulan Januari-Juli 2015 sudah mencapai 222.000 ton, atau meningkat 41 persen.
Dengan ditandatanganinya kontrak impor beras sebesar satu juta ton, berarti impor tahun 2015 volumenya sama besar dengan impor tahun 2014.
“Hal ini menyiratkan tidak terjadi peningkatan produksi. Produksi sama atau bahkan cenderung menurun,” lanjut dia.
Di luar beras, pada periode sama, impor jagung sudah mencapai 2,1 juta ton, atau meningkat 26,8 persen dibandingkan periode tahun 2014. Sementara untuk komoditas kedelai terjadi peningkatan 1,9 persen, menjadi 1,37 juta ton pada Januari-Juli 2015.
Andreas mengatakan, data impor tersebut menyiratkan perbedaan antara fakta dan klaim produksi yang disampaikan Kementerian Pertanian.
Klaim yang sering disampaikan, yaitu produksi padi tahun 2015 akan meningkat 6,64 persen, jagung 8,72 persen dan kedelai 4,59 persen.
“Klaim yang tidak disertai fakta di lapangan ini telah menyebabkan tata kelola pangan tahun 2015 ini mencemaskan dan mengakibatkan gejolak harga pangan yang tinggi, yang merugikan masyarakat secara umum dan petani,” ucap Andreas.
baca juga: Setahun Jokowi-JK, Urusan Energi Masih Ngeri
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.