Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa Unibraw Kembangkan Teknologi Pemetaan Lahan

Kompas.com - 31/07/2016, 12:30 WIB
Andi Hartik

Penulis

MALANG, KOMPAS.com - Mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang, Jawa Timur mengembangkan teknologi pemetaan lahan.

Teknologi tersebut untuk mempermudah dalam melakukan survei terhadap lahan tertentu.

Dosen Geoinformatika Fakultas Ilmu Komputer Unibraw, Fatwa Ramdani mengatakan, selama ini survei lahan masih menggunakan tekhnologi konvensional.

Selain itu, masih banyak juga yang mengandalkan gambar stelit. Padahal, Indonesia berada di daerah yang perubahan lahannya termasuk cepat.

"Selama ini kita mengandalkan teknologi satelit. Padahal kita berada di daerah yang perubahan pembangunannya sangat cepat," katanya, Jumat (29/7/2016).

Menurutnya, gambar yang diperlihatkan dalam satelit tidak berubah setiap saat. Melainkan di-update dalam kurun waktu tertentu. Selain itu, gambar dalam satelit tidak selamanya bersih.

Jika ada awan yang menghalangi, lahan yang ada di bawah awan tersebut menjadi kabur bahkan tidak terlihat. "Ada awan diambil. Banyak sekali gangguan alamnya," jelasnya.

Sementara untuk survei lahan menggunakan tekhnologi konvensional, hal itu menyita waktu cukup lama. Tenaga yang dikeluarkan juga banyak. Atas dasar itu, pihaknya berinisiatif membuat program pemetaan lahan.

Program tersebut dikemas dengan drone untuk memotret lahan dari atas. "Dengan ini, area ratusan hektar kita bisa lakukan dalam sehari," ungkapnya.

Drone yang digunakan juga berbeda dengan drone pada umumnya. Drone ini bisa dikendalikan dengan program, tanpa harus dikontrol. Namun begitu, posisi drone bisa terdeteksi karena GPS sensor yang ada di dalam drone tersebut tersambung dengan GPS satelit.

Meski berjalan tanpa kontrol, drone tersebut bisa diubah ke mode manual jika dibutuhkan. Jika sudah ke mode manual, drone tersebut berjalan dengan kontrol. Ini bisa dilakukan jika dalam perjalanan ada perubahan rencana yang tidak dimasukkan dalam program sebelumnya.

Drone tersebut bisa terbang dengan ketinggian satu kilometer dengan jarak jelajah sepanjang 20 kilometer.

Dijelaskan Fatwa, setelah drone tersebut selesai mengambil data, data itu kemudian diambil dan dimasukkan dalam program. Hal itu untuk melakukan pemetaan melalui data yang diambil oleh drone tersebut. "Akurasi dan presisinya tinggi," ungkapnya.

Ada 11 mahasiswa yang terdiri dari mahasiswa semester akhir S1 dan S2 yang mengembangkan tekhnologi tersebut. Mereka tergabung dalam tim geoinformatika dan sudah mendapat penghargaan GEO Spasial Smart Asia 2015 di Malaysia.

Ke depan, pihaknya akan berupaya untuk mengembangkan teknologi yang bisa memetakan lahan di bawah air.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com