Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa "Core Business" Masa Depan buat Indonesia?

Kompas.com - 15/09/2016, 16:17 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis


KOMPAS.com
– Tantangan perekonomian global bakal semakin ketat. Lalu, bisnis inti (core business) yang layak dilirik dan dikembangkan di Indonesia pada situasi begitu?

"Terjadi pertarungan antarnegara dalam perebutan kue ekonomi, baik investasi, uang masuk, maupun arus modal. (Pertarungannya) sangat sengit," ujar Presiden Joko Widodo dalam rapat kerja Kabinet, Jumat (9/9/2016), selepas menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi G0-20 dan ASEAN di China dan Laos.

Berdasarkan realitas tersebut, Presiden Joko Widodo meminta jajarannya menentukan arah perekonomian nasional. Dalam penentuannya, Presiden akan berposisi laiknya CEO dalam perusahaan, untuk menentukan arah dan mengalokasikan sumber daya.

"Kita harus menentukan apa yang akan menjadi core ekonomi kita, core business negara kita. Karena dengan itulah kita akan bisa membangun positioning kita. Kita bisa membangun diferensiasi kita. Kita bisa membangun brand negara sehingga lebih mudah kita menyelesaikan persoalan-persoalan, tanpa harus kejar-kejaran, apalagi kalah bersaing dengan negara lain," papar Presiden.

Pertanyaannya, apa yang memenuhi kriteria menjadi bisnis inti sebuah negara seperti Indonesia dalam situasi seperti sekarang?

Setelah gelombang ketiga

Futurolog Alvin Toffler lewat buku-bukunya—antara lain Future Shock, The Third Wave, dan Powershift—melihat masa depan seolah sedang terpampang di layar film. Melalui karya-karyanya, Toffler banyak menyinggung revolusi digital, revolusi komunikasi, dan singularitas teknologi.

Dalam buku "Gelombang Ketiga", misalnya, Toffler membagi era manusia dalam tiga periode gelombang. Gelombang pertama, sebut dia, adalah periode pertanian pada kurun 800 SM sampai 1500.

Lalu, gelombang kedua adalah masa pabrikan atau manufaktur, yaitu pada kurun 1500 sampai 1700. Pada era ini lahir banyak pabrik, sekaligus periode imperialisme dan kolonialisme.

Adapun gelombang ketiga, tulis Toffler, adalah era teknologi informasi. Rentang waktunya, sebut dia, adalah pada 1970 sampai 2000.

Nah, apakah kemudian “gelombang” tersebut berhenti sampai di situ saja?

Kompas.com/Ronny Adolof Buol Kabupaten Kepulauan Sangihe juga dikelilingi pulau-pulau kecil yang menambah eksotisnya wilayah ini sebagai destinasi wisata.

"Alvin Toffler sebenarnya sudah memprediksi, pada akhir gelombang ketiga itu ada era industri rekreasi (hospitality, recreation, entertainment)," kata Menteri Pariwisata Arief Yahya, yang mengaku telah membaca buku itu, Selasa (13/9/2016).

Berdasarkan "ramalan" Toffler itu, Arief memperkirakan industri pariwisata yang didukung industri kreatif bernilai komersial adalah primadona bisnis masa depan. Dia menyebut gelombang baru ini sebagai era industri kreatif atau ekonomi kreatif.

"Pariwisata ada di dalamnya," ujarnya.

Mengapa industri ini?

Fluktuasi perekonomian global jelas langsung berimbas kepada Indonesia. Harga minyak dunia yang anjlok pun menggerus habis pendapatan dari sektor minyak dan gas (migas).

Halaman:


Terkini Lainnya

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Spend Smart
Apa Itu 'Cut-Off Time' pada Investasi Reksadana?

Apa Itu "Cut-Off Time" pada Investasi Reksadana?

Earn Smart
Mengenal Apa Itu 'Skimming' dan Cara Menghindarinya

Mengenal Apa Itu "Skimming" dan Cara Menghindarinya

Earn Smart
BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

Whats New
Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Whats New
CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

Whats New
Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Earn Smart
HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Whats New
KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

Rilis
Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Whats New
Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Whats New
Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan 'Daya Tahannya'

Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan "Daya Tahannya"

Whats New
“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com