Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fokuskan Industrialisasi di Indonesia pada Tiga Bidang Ini

Kompas.com - 16/11/2016, 17:47 WIB

KOMPAS.com - Kebangkitan kembali industrialisasi di Indonesia harus berfokus pada tiga bidang yakni energi, infrastruktur, dan transportasi. Ketiganya, kata Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA-ITB) Ridwan Djamaluddin bakal mendukung industri berbasis budaya, industri kreatif serta industri digital.

Pokok pertimbangan itu pula yang menjadi agenda utama pergelaran Indonesianisme Summit pada 10 Desember 2016 di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat. "Kegiatan ini akan menghasilkan masukan bagi pemerintah mengenai strategi industri inti yang sesuai dengan DNA Indonesia," kata Ridwan hari ini, Rabu (16/11/2016).

Dalam kesempatan itu, hadir sebagai pembicara antara lain Direktur Program Industrialisasi IA-ITB Achmad Rizal. Hadir pula Julian Warman,  Head of Public Relations PT Astra International Tbk.

KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO Panser Buatan Pindad - Sejumlah panser buatan PT Pindad masih dikerjakan produksinya saat menjelang kunjuungan Wakil Presiden Jusuf Kalla didampingi Menteri Pertahanan dan Keamanan Ryamizard Ryacudu ke tempat produksi panser di PT Pindad, Bandung, Jawa Barat, Rabu (20/1/2016). Dalam kesempatan ini wapres mendorong peningkatan industri alutsista dengan cara penggunaan alat persenjataan untuk TNI dan Polri dengan buatan dalam negeri. Wapres juga memesan 50 unit panser lagi untuk memperkuat TNI. Kompas/Rony Ariyanto Nugroho (RON) 20-01-2016 *** Local Caption *** Panser Buatan Pindad - Sejumlah panser buatan PT Pindad masih dikerjakan produksinya saat menjelang kunjuungan Wakil Presiden Jusuf Kalla didampingi Menteri Pertahanan dan Keamanan Ryamizard Ryacudu ke tempat produksi panser di PT Pindad, Bandung, Jawa Barat, Rabu (20/1). Dalam kesempatan ini wapres mendorong peningkatan industri alutsista dengan cara penggunaan alat persenjataan untuk TNI dan Polri dengan buatan dalam negeri. Wapres juga memesan 50 unit panser lagi untuk memperkuat TNI. Kompas/Rony Ariyanto Nugroho (RON) 20-01-2016

Saat ini, kata Ridwan, sumbangan industri terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia belum mencapai angka dua digit meski pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah berada terbilang membaik yakni di angka 5,1 persen per tahun.

Catatan yang mengemukan dalam kesempatan itu antara lain soal ide membangun industri pertanian yang mendapat sokongan teknologi kelistrikan. Pembangkit listrik mikro hidro misalnya. Pembangkit ini bisa menghasilkan listrik skala kecil menggunakan tenaga air sebagai penggeraknya.

Industrialisasi bidang pertanian juga mengarah pada upaya tingkat pertama yakni mencukupi kebutuhan sendiri. "Jangan lagi kita mengimpor pangan," kata Ridwan.

Lebih lanjut, kegiatan Indonesianisme Summit bertujuan menjadikan bangsa Indonesia sebagai pemenang. Dalam kegiatannya IA-ITB menggandeng ikatan alumni berbagai universitas di Indonesia. Saat ini, ada 18 ikatan alumni dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia, bersama IA-ITB, bergabung dalam Perhimpunan Ikatan Alumni Perguruan Tinggi Negeri (Himpuni).

Josephus Primus Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA-ITB) Ridwan Djamaluddin (kiri), Direktur Program Industrialisasi IA-ITB Achmad Rizal (tengah) dan Managing Director Hidro Turbin Indonesia T Agung Pristanto (kanan). Foto diambil pada Rabu (16/11/2016). Agung Prastanto adalah teknopreneur bidang turbin hidro. Teknologi turbin hidro digunakan untuk menghasilkan listrik skala kecil menggunakan tenaga air sebagai tenaga penggeraknya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com